Kamis, 10 Oktober 2013

Langkah Awal di Ibukota



Assalamu’alaikum… Gimana kabar nih? Alhamdulillah, setelah rehat selama beberapa waktu, akhirnya aku kembali bisa berbagi pengalaman dengan kawan2 semua… :) Kali ni aku kan bercerita mengenai kehidupan baruku di ibukota.

Sabtu, 31 Agustus 2013, aku kembali menginjakkan kaki di masjid al Ikhlas Jatipadang, satu-satunya masjid di Pejaten yang ramah dengan anak2 LIPIA. Ya, jika tahun 2007 silam aku ke Jakarta buat Kerja (Praktek kerja sih…) maka kali ini aku ke Jakarta demi pekerjaan yang lebih mulia yakni menuntut ilmu syar’i.

Apa sih LIPIA itu? 

LIPIA, kepanjangan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam Arab, sebuah sekolah yang berada di bawah naungan kerajaan Saudi, berafiliasi kepada Jami’ah atau Universitas Muhammad ibnu Su’ud. Hampir semua pengajarnya dari Timur Tengah. Di sini kita dituntut harus pasang kuping bener2 karena bahasa pengantarnya Arab… (yaiyalah, orang dosennya gak bisa bahasa Indonesia… :D) Satu hal yang menjadi daya tarik adalah universitas ini gratis tak berbayar, bahkan tiap bulan kita akan mendapat tunjangan 200 real (sekitar 500-600 ribu), lumayan buat bayar sewa kontrakan, eits tapi jangan sampe mengandalkan uang itu lho, karena biasanya telat berbulan-bulan…

LIPIA, mungkin sekolah ini memang tidak asing di dunia pesantren, bahkan tak sedikit dari mereka yang terobsesi untuk melanjutkan jenjang pendidikannya di sini. Tapi asal kawan2 tahu aja, di kampungku gak ada yang tahu apa itu LIPIA, entah itu tetangga, saudara, teman SD, SMP, atau STMku, semua pasti balik bertanya, “apa tuh LIPIA?” aku jawab ja, “Sekolah punya orang Arab.” “Ooo,,,,” mereka pun manggut2 sok tau. “Trus ambil jurusan apa?” lanjutnya. “Bahasa Arab,” jawabku singkat. Mereka pun mengernyitkan dahi keheranan, “Ko gak ambil desain grafis? (Karena yang mereka tahu aku lulusan Grafika dan pekerjaanku memang seorang desainer) Trus kl dah lulus mau kerja apa?” hufft… pertanyaan yang selalu diulang2 dan sedikit membuatku jengah. “Dosen atau Rektor,” jawabku singkat sekenanya. Allahu Akbar. Yaa Allah yaa Rabb, hanya Engkaulah yang Maha Tahu atas segala hal yang aku perbuat, dan segala niat dari seluruh gerakku. Kalo masalah kerja, sejak lulus STMpun aku gak pernah nganggur, selalu bekerja, bahkan kuliah pun aku juga nyambi kerja, karena kl gak gitu mau makan n bayar dari mana,,  Yah, asal kalian tahu ja, intinya, tujuanku sekolah di sini bukanlah semata-mata buat cari kerja, dan bagiku bukanlah sebuah kebanggaan bisa sekolah di LIPIA…

Sehari 5000 saja

Perjuangan masih terus berlanjut. Dengan bekal dana yang minim, dan biaya hidup yang tinggi, aku dituntut agar mampu menekan segala pengeluaran yang tidak penting (padahal aku doyan ngemil.. T_T). Setelah kalkulasi, perhari aku hanya boleh ngluarin uang 5000 rupiah. Awalnya seakan-akan tak mungkin, karena harga es teh manis aja 3000,, tapi aku terus memutar otak agar tak kalah dengan keadaan. Karena tak sedikit dari kami yang gugur di tengah jalan terbentur dengan finansial.

Alhamdulilah, sebuah titik terang mulai terlihat,, Setelah membeli rice cooker dan beras, bermodalkan gas dan kompor portable yang biasa aku pake buat naik gunung, aku bisa menghemat biaya makan, bahkan cukup dengan 3000 rupiah perhari, aku bisa makan 3kali sehari, dengan nasi segunung dan sayur berlimpah. Gimana mekanismenya? Tiap pagi sebelum berangkat kuliah, aku harus berbaur dengan ibu2 kompleks buat beli sayur mentah. Setelah itu pulang dari kuliah aku harus rela berkutat di dapur untuk menjadi seorang “chef” he2.. Manfaat kebiasaan masak di kegiatan alam bebas pun terasa. Ada beberapa menu2 simpel yang memang sudah aku kuasai. Sop, sayur asam, pecel, cah kangkung, sayur bayam, tumis kacang panjang,tumis papaya, orak-arik, omelet adalah menu yang biasa aku gilir tiap harinya. Tekadang jika mau mencoba menu baru, aku harus telfon dulu ibunda tercinta di Semarang. He3.. akhirnya aku bisa berhemat tanpa harus mendzolimi tubuhku… Sebagaimana pesan keluarga –terutama ibu-, “Nang, ngirit yo ngirit, ning ojo nganti nyekso awak,, digatekne awakmu kui..” (Nak, hemat ya hemat, tapi jangan sampai mendzolimi badan, diperhatikan tuh kesehatan badanmu..”)

Jangan Menyerah

Imam Syafi’i pernah berkata,  
“Barangsiapa yang tidak pernah mengecap pahitnya menuntut ilmu barang sesaat, 
maka dia akan mengecap pahitnya kehidupan dan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.
Demi Allah, kemuliaan seorang pemuda terletak pada ilmu dan ketakwaannya,
tanpa keduanya, maka keberadaannya sama halnya ketiadaannya.”


Begitulah kawan, segala hal itu pasti membutuhkan sebuah pengorbanan. Karena kita semua tahu bahwa orang2 besar itu tumbuh ber-pupuk-kan ujian di bawah siraman darah dan air mata.

Nikmati saja segala ujian yang silih berganti menerpamu, karena itu tandanya kamu sedang dipersiapkan oleh sang Pencipta untuk menjadi generasi yang kuat bermentalkan baja. Ketika kau mulai merasa tak sanggup, maka jangan pernah berdoa agar diRINGANkan ujianmu, tapi teruslah berdoa agar diKUATkan pundakmu…. (terutama buat cowok nih… cz kelak pundakmu akan dijadikan sandaran oleh seseorang… :) )

Mungkin cukup ini dulu kisahku, insya Allah akan masih berlanjut hingga akhir nanti… doakan saja… Baarokallahu fiekum… :)

Ibukota, seminggu menjelang lebaran Qurban 13

Abdurrahman al Fatih - Supriyadi

20 komentar:

  1. Akan sangat berarti bagi saya jika kawan2 mau memberikan masukan atau komentar... Bagi yang gak punya akun cukup pilih anonymous... :)

    BalasHapus
  2. weleh...weleh... mesakne men lee...leee.... kae jatah snack neng mejaku jupuken le...

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah2, anak islamic nih pasti... kl gak pak rozi ya ustadz kholiq.. isone ngece tok..... Ha2.. daoakan ja tadz....

      Hapus
    2. yooo.. sabar yo! perjuangan menuntut ilmu...
      suatu sangat kau jadi orang besar..
      tapi joo turu ae..!

      Hapus
  3. alhamdulillah menginspirasi,

    BalasHapus
  4. Semangat terus untuk selalu menginspirasi kita2, Allahu Akbar.... :D

    BalasHapus
  5. Ngelmu = Angel Dulu, Baru Ketemu...........!

    BalasHapus
  6. Ndak jau beda waktu aku Mesantren dulu,
    ndak pernah sarapan dan tiap hari harus ikut Nukang (ikut jadi kuli bangunan) proyek pondok hanya berharap ikut dapat jatah makan siang yang terkadang aku sisakan separuhnya untuk simpanan makan malam..........!

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya akh, segalanya itu memang butuh pengorbanan, orang masuk toilet aja kita harus korban seribu rupiah, apalagi pengen masuk jannah.... :)

      Hapus
    2. Semoga kesedihan ini adalah sebagian dari malapetaka yang bisa menjadikan kita berjumpa dengan Robb nya.
      Amien...........!

      Hapus
  7. keren abiz mas.... aq jadi terharu.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. he2... kamu juga ngrasain begitu gak nu? orang riau mah kaya2.... he2

      Hapus
  8. ngerasain banget mas... siapa bilang orang riau kaya2... emang sich, bagi yang kaya, tp klo aq sederhana jg mas...

    BalasHapus
  9. ^^ Hidup ini terlalu indah untuk dibiarkan indah tanpa bisa menikmatinya...

    begitu pula dirimu kawand.. :))
    Semoga Keindahan hidup ini bisa kau raih dengan sebenar-benar perjalanan yang akan mencapai mu di kehidupan yang nyata kelak di akhirat :D

    Semangat terus untuk bisa menginspirasi banyak orang..

    BalasHapus

 

Perhatian!!!

Boleh Co-Pas asal jangan sampai merubah makna dari isi artikel. Dan juga tolong dicantumkan sumbernya ya... Syukron, baarokallahu fiekum...

Blogroll