Minggu, 29 Desember 2013

Pesona Gunung Bunder


“Pri, ke gunung Bundernya di pending bulan depan ja ya?”

“Ok, terserah kamu ja.”

Itulah perbincangan singkatku dengan seorang sahabat, Pulung namanya, melalui sms. Sebuah percakapan singkat yang membuka perjalanan kali ini, yang menjadikan alasan kenapa dilaksanakan tepat pada 2 hari libur ini, 25-26 desember penghujung tahun 2013.

“Tok-tok..” terdengar suara pintu kosku diketuk oleh seseorang. Oh, ternyata Pulung, pagi-pagi sekali menjemput aku dan Sulaiman. Sebenarnya seminggu ini aku libur kuliah karena persiapan ujian akhir di kampus, tapi sesuai nasihat wali kelas, Ustadz al ‘Asiry, “jadikanlah ditengah-tengah liburanmu itu istirahat, dengan rihlah atau jalan-jalan, demi merefresh otak,” maka aku merencanakan sebuah perjalanan dengan beberapa kawan berkunjung ke kawasan wisata Gunung Bunder (padahal libur baru saja berlalu 1 hari, he he...). Agenda yang kami tetapkan adalah mabit atau kemping semalam, kemudian paginya bertolak ke curug seribu demi melampiaskan hobi kami, bermain air alias berenang, dan diteruskan ke pemandian air panas. 

Persiapan, Faktor Penting Suksesnya Perjalanan

Kabar terakhir yang saya dengar, ada seorang pendaki SMA yang tewas terkena hipotermia di gunung Gede, dikarenakan cuaca yang tak mendukung (hujan badai), ditambah kondisi sang siswi yang sedang ngedrop. Memang melakukan kegiatan di alam bebas itu beresiko, selalu saja ada hal-hal yang di luar perkiraan kita, karena itu dibutuhkan kesiapan mental maupun fisik. Dan itu semua bisa diminimalisir dengan persiapan yang matang. Bukankah nabi kita mengajarkan ikhtiar (usaha) maksimal demi tercapainya hasil optimal? :)

Matras, nesting, tenda dome, alat makan, kompor, sleeping bag, jas hujan, baju hangat, baju ganti, semua sudah masuk ke tas gunung. Tinggal logistik nih yang belum. Setelah tiba di tempat kumpul, Bintaro Tangerang, aku dan Sulaiman langsung menuju ke Pasar untuk belanja. Kami berencana membeli stock makanan buat  4 orang untuk 4x makan. Yah, sebagai tips buat teman-teman juga, jika dana yang dimiliki terbatas (budget minim) maka tak ada salahnya kita membawa seluruh kebutuhan makanan dari rumah, sekalipun konsekuensinya menjadi lebih ribet dan berat, akan tetapi akan sangat menghemat biaya, karena harga makanan di tempat-tempat wisata pastilah amat mahal. Setelah belanja, kami pulang untuk istirahat sebentar, lantas packing, dan menunggu waktu yang disepakati untuk berangkat, yakni ba’da ashar.

Sekilas tentang Gunung Bunder

Tim kali ini terdiri dari 4 orang, aku, Pulung, Sulaiman, dan Edik. Setelah perjalanan kurang lebih 3 jam dari Jakarta dengan mengendarai motor, akhirnya tiba juga di Gerbang Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Kala itu jam menunjukkan pukul 8 malam, seandainya anda datang di siang hari, maka akan tersaji pemandangan berderet pohon –pohon pinus yang cukup tinggi, seolah berjajar rapi menyambut kalian. 

3 anak manusia terdampar di hutan...
Inilah kali kedua aku menjejakkan di bumi nan asri bernama Kawasan Wisata GSE (Gunung Salak Endah) Bogor. Terlatak di wilayah kecamatan Pamijahan kabupaten Bogor Jawa Barat, berada di ketinggain antara 750-1.050 meter dari permukaan laut (mdpl) maka suhu di kawasan ini cukup sejuk dan jika kabut turun cenderung dingin. Gunung bunder adalah sebuah kawasan yang terletak di kaki gunung Salak. Pesona yang ditawarkan di sini adalah hutan pinus lebat dan tertata rapi, udara yang sejuk jauh dari polusi khas perkotaan, suasana yang hening dan tenang jauh dari hiruk pikuk manusia, dan tentunya gemercik suara air yang tak ada habis-habisnya karena saking banyaknya sumber air, sehingga tak jarang Bogor disebut sebagai kota Seribu Curug mengingat banyaknya air terjun yang ditawarkan, diantaranya adalah curug Cihurang, curug  Cigamea, curug Ngumpet, curug Gua Lumut, curug Seribu, curug Nangka, dan masih banyak lagi. Selain itu ada juga tersedia bumi perkemahan di lokasi ini.

“tu, wa, ga, pat...” petugas menyetop dan menghitung kami di pintu gerbang. Tiket masuk yang dikenakan permotor adalah Rp 10.000. Setelah itu anda bebas mengarungi seluruh tempat wisata, tentunya dengan membayar parkir dan tiket masuk lagi untuk tiap objek. Hanya saja untuk mendirikan tenda, anda tidak dipungut biaya lagi.

Segera kami menuju lokasi kamp yang sudah disepakati sesuai dengan survei pertama dulu, yaitu di camping ground Kawah Ratu, tepatnya di bawah gerbang pendakian resmi Gunung Salak I. Tak jauh dari sebuah saung yang menyediakan kamar mandi.

Tenda kecil kami
Setelah pilih-pilih lokasi, kami langsung membuka tenda dan malaksanakan sholat maghrib-isya’. Suasana malam itu cukup mendukung, setelah sempat diwarnai dengan gerimis, cuaca cerah dan angin bertiup sepoi-sepoi. Udara tidak sedingin yang aku bayangkan, masih dingin di Gunung Lawu, bisa jadi karena saat ini musim hujan, sehingga angin yang bertiup cukup hangat.

Kamipun membagi tugas, aku mulai memasak sayur sop, sedangkan Sule dan Edik membuat api unggun untuk membakar jagung. Adapun nasi sudah kita masak di rumah, sehingga tak perlu memasak lagi. Fotografer kami, Pulung, masih terkapar kelelahan karena seharian aktifitas di lapangan.

Taraa.... Setelah kurang lebih satu jam berlalu, menu makan malam pun tersajikan. Nasi, sayur sop, telur dadar gulung, dan wedang jahe siap dibantai. Adapun penutupnya adalah jagung bakar mentega, sudah cukup menemani akhir malam kami, bercengkerama menikmati keindahan malam ciptaan sang ilahi. 

Waktu tidur telah tiba, kami harus segera istrahat untuk menyiapkan stamina esok pagi. Akan tetapi tenda dome yang aku bawa hanyalah cukup untuk 2 orang. Setelah berunding, yang tidur dalam tenda adalah Pulung dan Edik karena mereka baru pertama kali, adapun aku dan Sule jaga di luar, menyatu dengan alam. Selamat malam... :)

Mentari Pagi menyambut Kami


“Allahu akbar, allahu akbar....” sayup-sayup adzan subuh mulai terdengar bersahut-sahutan. Satu persatu kawan-kawanku mulai terbangun. Mulai menyebar mencari sumber air untuk cuci muka dan wudhu. Sholat berjamaah di tengah hutan, diselimuti kabut pagi memang memberikan kesegaran jiwa yang berbeda. Di sinilah kami merasakan keutamaan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas seluruh nabi, bahwa dijadikan seluruh tanah bumi ini baginya -dan umatnya- sebagai masjid, atau tempat yang sah untuk mendirikan sholat, bersujud merendahkan diri di hadapan sang Kholiq.

Bancakan nasi goreng...
Setelah sholat kami mulai menyiapkan segala hal untuk sarapan. Menu kali ini adalah nasi goreng. Setelah sarapan kami kembali packing untuk meneruskan perjalanan selanjutnya, yaitu curug Seribu, air tejun tertinggi di kota Hujan. Sempat kami dihampiri oleh ibu-ibu penjaja makanan, Sulepun langsung memesan kopi ideng –yang kemudian baru aku tahu artinya kopi hitam-, dan berlagak bercakap dalam bahasa sunda. Ketika sang ibu antusias dan mulai bercerita dengan sangat cepat, Sule hanya bisa membalas, “oo..” sambil manggut-manggut sok tahu. Untungnya dalam rombongan kami dua anak sunda, Pulung dan Edik. Sebuah kejadian yang cukup menghibur, namun dari beliau kami belajar tentang seorang potret ibu yang tangguh, karena dengan berbekal gendongan penuh makanan, bagi beliau mudah-mudah saja naik turun menuju ke kawah Ratu, bahkan sudah biasa. Luar biasa, tergambarkan dihadapanku sebuah cuplikan kehidupan, bukti pengorbanan dan kasih sayang ibu, dibalik kelemah lembutannya, tersimpan kekuatan yang tak bisa dilukiskan. Subhanallah....

Gerbang pendakian Salak I
Sebelum berangkat, kami menyempatkan diri mampir ke gerbang resmi pendakian Salak I. Kami sempat berbincang dengan seorang bapak tua penjaga gerbang, darinya kami mendapat info jika kawan-kawan ingin mendaki gunung salak, maka diwajibkan memakai jasa guide yang cukup mahal, 500 ribu untuk satu grupnya. Jika hanya mencapai Kawah Ratu, maka 150 ribu yang harus kita keluarkan dari kocek. Dan khusus kawah Ratu hanya bisa di kunjungi pagi hari, karena bahaya asap belerang yang dikeluarkan. Jarak tempuhnya pun antara 4-6 jam.


Perjalanan ke Curug Seribu

Naik-naik kepuncak Gunung....:)
Selamat datang di Curug Seribu. Itulah spanduk atau banner yang dipajang di sisi kiri jalan. Di bawahnya ada keterangan “masuk 1000 m”. Ternyata harus meniti jalan dari bebatuan yang sangat licin, apalagi jika musim hujan. Motorpun sering terpeleset, tak jarang yang hampir terjatuh. Di sini banyak sekali di sediakan lahan parkir, tarifnya 5000 permotor. Adapun retribusi masuknya 5000 perorang. Kita diwajibkan untuk mengisi buku tamu terlebih dahulu. Jika ingin nge-camp-pun disediakan lahannya. Dan tidak dipungut biaya lagi. Pesan dari petugas:
  1. Boleh mandi atau renang, asal tidak di dekat curug, karena berbahaya.
  2. Jika camping, selalu bawa kembali sampah, untuk di buang di tempat yang telah disediakan.
  3. Jika cuaca mendung atau hujan, maka harus segera naik untuk menghindari banjir bandang.
Seperti jalur Cemoro Sewu
Jalan menuju curug seribu mengingatkanku pada jalur pendakian Cemoro Sewu di gunung Lawu. Ada yang berupa bebatuan disusun rapi, ada yang pafing (walaupun sedikit), ada juga yang berupa tanah liat. Perjalanan berangkat lebih dominan turun daripada naik. Tingkat kecuramannya pun berbeda-beda. Semakin dekat maka akan semakin curam.

Hmmm... Segarnya....
Jangan ciptakan....
20 menit pertama, jalanan masih naik turun berupa bebatuan yang disusun (makadam), sesekali ada juga anak tangga, dan banyak kita jumpai sumber mata air yang mengalir memotong jalur. Jernihnya jangan ditanya, sangat layak untuk diminum langsung. Sebuah pos peristirahatan disediakan ditengah-tengah perjalanan. Disampingnya juga bisa dijadikan lahan untuk camping. Banyak sekali kita jumpai slogan-slogan yang di tempel di pepohonan, sebagai upaya para pengelola untuk menjaga kelestarian alam.

Awas ada pohon!
20 menit kedua, kawan kawan akan disguhi pemandangan hutan yang sangat luar biasa hijaunya. Terkadang sebelah kanan tebing dan sebelah kiri jurang, ataupun sebaliknya, tapi tenang saja terdapat pagar-pagar pengaman buah dari pengelolaan yang baik. Tingkat kemiringan pun semakin curam dan licin. Namun ada sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan di tengah-tengah sesi dua ini, yaitu sebuah air terjun mini yang menciptakan sebuah sungai kecil. Sungguh menyegarkan airnya. Karena membentuk sebuah  sungai dan banyaknya bebatuan, maka disediakan tali untuk membantu para pengunjung meniti jalan. Disinilah saya kira tempat camp terakhir, karena ada sebuah lahan yang cukup untuk sebuah tenda ukuran 5 orang, dan juga ada bekas api unggun.

 Setelah itu kita akan dihadang kayu legendaris yang selalu diceritakan para blogger yang mengulas tentang trip ke curug Seribu ini, sebuah batang pohon besar berlumut yang melintang diagonal, menghalangi jalan. Kita harus menunduk-nunduk untuk melewatinya, terutama jika membawa tas gunung ynag cukup tinggi. Kabar buruknya, mulai dari sini jalan semakin curam dan licin, sehingga kehati-hatian harus ditingkatkan. Adapun kabar baiknya, dari sini sudah mulai terdengar gemuruh air terjun pertanda bahwa tujuan semakin dekat. :)


Pesona Curug Seribu



Tingginya..... :o
Subhanallah... hanya itu yang dapat melukiskan keindahannya.  Bulir-bulir air menerpa tubuhku, mengobati lelahnya perjalanan 40 menit tadi. Benar-benar tinggi air terjun yang satu ini, alirannya pun sangat deras, bisa jadi karena musim penghujan. Kami meniti sebuah tebing di balik pos pemantau. Tanahnya sangat licin dan berbatu karena efek dari butiran-butiran air yang terbang hasil deburan air terjun. Tak heran mengapa petugas memberikan nasihat agar tidak berenang di bawah air terjun, karena hanya dengan melihat pun aku bisa merasakan betapa dalamnya palung dan pusaran yang dihasilkan dari curug ini. Dari info yang kudapati, pernah ada 4 orang yang menguji nyali dan nekat berenang di sekitar curug, dan hasilnya mereka terseret arus pusaran dan jenazahnya tidak bisa diambil kecuali setelah berhari-hari pencarian oleh tim SAR.

Aku n my best friend "SUle"..
“Ayo Sup renang, dah janji lho..” tagih sule kepadaku. Oke deh, aku akan ikut nyebur, walaupun ngeri juga kala melihat arusnya. Bagi kawan-kawan yang hobi renang tak perlu kecewa, karena disediakan lahan atau sungai yang aman, bahkan ada juga tali tambang untuk menjegah terseret arus lebih jauh. Untuk menuju ke sana, kita diwajibkan menuruni jurang dengan jalan yang sangat curam licin dan berliku-liku. Akan kita temui juga banner usang yang berisikan anjuran dan tata tertib yang diberlakukan demi keselamatan pengunjung. Air di sungai memang jernih, akan tetapi batu-batuannya bewarna merah kecoklat-coklatan karena dilingkupi oleh butiran tnah liat yang terbawa arus. Sangat licin, apalagi yang diselimuti oleh lumut. Namun akan merasa rugi jika kita tak merasakan dinginnya dan kesegaran yang ditawarkan oleh curug seribu.

Lapar adalah sebuah konsekuensi dari berenang. Kamipun membuka bekal, menyantap ubi yang tadi direbus sebelum meninggalkan tempat kemping. Segar dan nikmat rasanya. Jika tak membawa bekal tak perlu khawatir, karena ternyata ada sebuah warung kopi di bawah sini.
Kami sempat khawatir, karena ketika sedang menikmati ubi, mendadak langit menghitam dan berubah menjadi mendung disertai rintikan gerimis, namun tak berapa lama langit kembali menjadi cerah. Alhamdulillah...

Masak lagi-masak lagi...
Setelah puas berenang, Kami bersegera berkemas dan meniti perjalanan pulang. Masih tersisa satu lagi destinasi, yaitu pemandian air panas. Jika tadi berangkat kita turun terus, maka perjalanan pulang sebaliknya, naik terus. Hanya satu kata yang aku sarankan, “Sabar.” :) Kamipun kembali lapar dan membuka bekal di tengah perjalanan, tepatnya di pos peristirahatan. Maklum anak muda seperti kita memang sedang dalam masa pertumbuhan, masih butuh banyak asupan gizi. Ketika aku memasak kawan-kawanku terkapar, mengambil kesempatan sejenak untuk mengistirahatkan mata.

Panasnya pemandian Air Panas

Loket pembayaran...
 Destinasi selanjutnya adalah Pemandian Air Panas. Terletak setelah Curug Cigamea, kami masih harus masuk sejauh 1 km, dengan jalanan aspal berpasir yang cukup bagus kondisinya, walaupun ada beberapa bagian yang mulai rusak. Saat mendekati pintu masuk, kami dicegat oleh petugas parkir dan ditarik 5000 permotor. Setelah parkir, kami berjalan sekitar 100 meteran lagi, ternyata di pintu masuk ada juga lahan-lahan parkir yang cukup luas. Yah, lain kali jika anda ke sini lebih baik terus jalan saja sampai mentok ke pintu masuk, agar tidak terlalu jauh parkirnya.


Gadis penyapu... :(
 “Berapa orang?” tanya petugas. “4 pak,” jawab kami. “24 ribu,” ujarnya sambil menyodorkan 4 tiket masuk. Kamipun bergegas menuju TKP, dan masih harus menuruni jalan yang cukup panjang. Alhamdulillah, jalan yang disediakan kali ini sudah sangat rapi tertata bagus. Ada sebuah pemandangan yang menyentuh hatiku, seorang anak kecil menyapu sepanjang jalan yang kami lewati. Kuperhatikan kulitnya legam terbakar matahri, bajunya pun lusuh, namun dia terus saja menyapu seolah tak memperhatikan berseliwerannya para pengunjung. “Anak kecil tadi minta uang gak sih Lung?” tanyaku pada Pulung. “Gak sih, cuman ngarep... Kasian ya, kemana sih ibunya...” jawab Pulung membuatku miris. Terbersit setitik penyesalan di hatiku kenapa tadi aku tak memberinya sedikit uang jajan. Bagiku, membersihkan jalan dari gangguan adalah pekerjaan yang sangat sangat mulia. Tak semua orang dikaruniai hati yang lapang untuk bekerja demi kemaslahatan orang lain. Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain? :)

Sayang gak dipisah....
Setelah mentok, kami dapati sebelah kanan dan kiri disediakan saung-saung tempat peristirahatan dengan tarif standart 30ribu. Aduh, dah gak ada duit lebih lagi nih, ternyata harus membayar lagi. Agak kecewa hati ini. Jika ingin berenang di kolam renang air panaspun dikenakan tiket masuk 4000 perorang. Yang gratis hanyalah berenang di sungai dan 5 buah pancuran untuk mandi. Tapi tak mengapalah yang aku butuhkan saat ni hanyalah mandi agar badan ini kembali bersih dan segar setelah menempuh perjalanan tadi. Sule, Edik, dan Pulung kembali berenang di sungai, adapun aku langsung menuju pancuran. “Nyosss...” aduuhh... panasnya... Ternyata airnya amatlah sangat panas. Kulitku sedikit menjerit, karena tadi baru saja berenang di air yang sangat dingin. Terlalu ekstrim perubahan suhunya. Yang sedikit aku sesalkan adalah tidak dipisahnya pancuran untuk laki-laki dan perempuan, hanya ada sedikit sekat, dan itu sangat tidak menutupi. Semoga kelak dipisah antara laki-laki dan perempuan.
Segarnya... Setelah menunggu 3 kurcaci bermain air dan mandi dengan sangaaaattt lama, akhirnya kami pulang dengan membawa semangat baru. Sebuah perjalanan yang cukup mengesankan untuk dikenang. Selalu ada hikmah dibalik peristiwa yang kita jalani, namun hanya orang-orang yang mau merenunginyalah yang mampu menemukannya. Semoga tulisan yang sedikit ini bermanfaat bagi kawan-kawan semua... Wassalam... :)
Jayakarta, 28.12.13
Abdurrahman al Faatih – Supriyadi
Estimasi Biaya
Tiket masuk kawasan: Rp 10.000 per motor
Parkir tiap objek: Rp 5.000 per motor
Tiket masuk Curug Seribu: Rp 5.000 per orang
TIket masuk pemandian Air Panas: Rp 6.000 per orang


Thanks to:
1. Allah ‘azza wa jalla
2. Teman-teman seperjalanan: Pulung, Sule, Edik

12 komentar:

  1. Mrgreen Ok
    "Jika kamu bersyukur maka Aku (Tuhan) akan menambah (nikmat) itu kepada kamu. Dan jika kamu engkar maka sesungguhnya seksa Aku amat pedih." - (Surah Ibrahim, ayat 7)

    merenungi ayat ini apabila kita menggunakan mafhum mukholafah maka apabila Allah tidak menambahkn nikmatnya pada kita maka itu adalah salah satu pertanda bahwa kita belum bersyukur, karena ayatnya jelas barang siapa bersyukur pasti Allah akan tamnah nikmat yang telah disyukurinya tersebut, dan memang sangat jarang orang yang pandai bersyukur (wa kolilumin ibadiyasyakur) sukron

    BalasHapus
  2. Rihlahnya seru banget dah,,, pdahal dah rencana pengen ndak ikut krn uang lagi ndak bersahabat juga. eh d paksa juga dan d tagih janji lagi,, yadah dah jadi ikut tapi lo bayarin yo,,, akhirnya yadh takbayari! wlaupun dngan brat hati juga kyake.hehe sebnarya pengenku ndak ikut aja ngak mau membebankan temanlah, tau juga sih k sini laisa thalabul maisah lakin thalabul i'lmi. ya mungkin karna dah d agendakan lama dan trikat janji juga. akhiry dengan senang hati brangkat juga... eh ternyata subkhanallah bayak k indahan yg ku dapat.. ya asik banget dahh.. dapat pengalaman, teman baru De el el... ya pokoke banggalah punya temen lo, ciee,, ya walaupun ngak pernah sehati & slalu berselisih.hahaha gue cuma bisa ngucapin syukran semoga allah membalasmu dengan k baikan, sakses slalu,,
    SAlam Gajul...,!

    BalasHapus
    Balasan
    1. ah lo man.... sekalipun bahasamu pait, tapi doa2mu itu manis bangeeeet... ok deh sob, tunggu gilirannya lo bayarin aku ke slamet, semeru ma rinjani.. dah janji lho...

      Hapus
  3. masalahy lo siap ngak aj.. 3# gunung langsung lo...

    BalasHapus
  4. mas, boleh minta infonya gak? tau camp ground yang deket curug seribu gak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak ko... maaf ya baru bales... di dalam objek juga banyak yang bisa dipake buat ngecamp...

      Hapus
  5. Jadi teringat pada tahun 1990 saat pertama kali saya menginjakkan kaki ke lokasi gunung bunder camp ground bersama 6 orang teman dan saat itu suasananya masih seram dan sangat angker sekali begitu pula dengan curug2 di sekitar lokasi seperti cigamea, ngumpet, seribu, dan yang sangat sunyi terimakasih telah menginggatkan kembali kenangan di gunung bunder

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya pak.... alhamdulillah sekarang sudah sangat kondusif, walaupun tentunya masih perlu banyak perbaikan....

      Hapus
  6. Jadi pengin jalan2 kesana sama pacar., tapi sayange jomblo.,

    BalasHapus
  7. Assalamualaikum, saya ingin tanya, kalau ingin camping di area gunung bunder, tepatnya area yang admin tempati, apakah perlu booking tempat terlebih dahulu? atau bisa langsung saja kesana?
    dan utk kayu api unggunnya bagaimana ya?
    berhubung saya dari jauh (solo), saya khawatir tidak sempat utk survey.
    Terimakasih.

    catatan: saya membawa tenda dan perlengkapan sendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaikumussalam mas... Langsung aja... kecuali Anda satu grup banyak orang, tentunya ada prosedurnya... tp kl satu dua tenda ya langsung ja... tp di sana ada banyak curug yang juga nyediain camping ground... tp berbayar juga...

      Hapus

 

Perhatian!!!

Boleh Co-Pas asal jangan sampai merubah makna dari isi artikel. Dan juga tolong dicantumkan sumbernya ya... Syukron, baarokallahu fiekum...

Blogroll