Sabtu, 07 Februari 2015

Hangatnya Ukhuwah di tengah Rihlah @Kebun Raya Bogor


“Ada tiga golongan yang merasakan manisnya iman: orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari mencintai dirinya sendiri, orang  yang mencintai seseorang karena Allah, dan orang yang benci kembali pada kekafiran sebagaimana ia benci jika dicampakkan ke dalam api neraka.” (HR. Bukhari)

Assalamualaikum kawan, gimana kabar? Hmm... Sudah lama sekali aku gak mampir di blog tercinta ini walaupun hanya sekedar untuk menyematkan sebuah tulisan ringan... Maklum, kesibukan setelah nikah memang lain (eh... he2... maaf karena terakhir nulis kemarin statusnya masih jomblo...) Oke deh langsung saja...

Rihlah di MDC Jabo

“Gimana ni responnya?”
Mungkin itu sebuah ungkapan dengan sedikit bercampur antara berharap dan kecewa dari sebuah kawan baruku. Aziz namanya, seorang desainer sekaligus  fotografer yang tergabung di MDC (mosleem desainer comunity) wil Jabodetabek -komunitasku yang baru, lain kali mungkin akan aku ceritakan di part yang lain-, seorang jomblo yang belum laku-laku (ha2... kalo udah laku bukan jomblo namanya... sori ya ziz, bcanda... tenang, kamu belum laku bukan karena wajahmu gak keren kok, tapi karena Allah udah punya perhitungan sendiri buat ngasih kamu bidadari di waktu yang tepat...) Yah,,, mungkin memang sudah sepantasnya sedikit rasa kecewa itu terungkap, mengingat banyak diantara kami yang kurang merespon, termasuk diantaranya aku, masih sedikit bimbang karena baru bisa menentukan sebelum hari H. Memang tidak dapat dipungkiri,bahwa anggota komunitasku yang satu ini berisikan orang-orang sibuk semua. Bagiku tak mengapalah, selama kesibukan itu dalam hal yang positif yakni memberi kemanfaatan bagi orang lain, maka itu adalah hal yang baik. Sebagaimana perkataan ulama kita, ibnu Qayyim rahimahullah, “Dirimu itu, seandainya tidak disibukkan dalam perkara yang positif, maka pasti akan disibukkan dengan perkara-perkara negatif.” 

“Insya Allah Supri datang beserta istri.” Alhamdulillah, setelah H-3 akhirnya bisa deal ikut, dan dengan sedikit rayuan, istriku akhirnya mau juga diajak..(ha2, aslinya sih gak sedikit rayuan, tapi banyak,,, ) Yups, Minggu depan, tepatnya 1 februari 2015, kami akan mengadakan rihlah MDC yang pertama di Kebun Raya Bogor, bi idznillah, semoga lancar...

Di bawah Rintikan Hujan menuju Kota Hujan

“Ayo gih berangkat.” Waktu sudah menunjukkan pukul 7, sedangkan acara dimulai pukul 9, sudah harus bergegas nih. Kami (aku dan istri) segera tancap gas dari Cileungsi menuju Bogor. Dengan bantuan GPS, aku tahu bahwa jarak yang ditempuh kali ini sejauh 36 km, dengan perkiraan waktu tempuh 1 jam16 menit, tapi itu tanpa diselingi macet dan menggunakan mobil. Adapun aku kali ini, di bawah guyuran gerimis, tertatih-tatih mengendarai mio sederhana, memboncengkan seorang istri yang sedang hamil muda.  Entahlah, akan tiba pukul berapa. Sebelum isi bensin, kami sempatkan diri mampir di kedai ketoprak, makan berdua di pinggir jalan dibawah guyuran gerimis itu memang istimewa, hi2.

Cibubur, Tapos, Cibinong, kemudian Bogor kota, perlahan tapi pasti, kami sudah tiba di gerbang kota Bogor. Sempat kebingungan dan tanya-tanya, akhirnya kami mendapat sebuah petunjuk akhir, “Ikuti mobil aja mas,” begitu kata orang terakhir yang kami tanya,seorang penjual nasi. Hmm... pada mulanya aku bingung, masa sih kita disuruh ikut mobil?? Mobil kan banyak, ada yang belok kanan, ada yang belok kiri, ada yang lurus, bahkan yang puter balik pun ada, yang belum ada cuma mobil terbang... Tapi yang penting jalan saja lah,toh nanti ketemu juga. Dan ternyata benar, alhamdulillah di tengah jalan dapat ilham, baru faham kalo yang dimaksud mobil itu mobil angkot... Ha2 dasar orang desa... Jadi ingat sebuah kaidah dakwah, Khatibun naasa qadra uquulihim, berbicaralah kepada manusia sesuai kadar akalnya, maksudnya jika kita ingin pesan tersampaikan, maka bahasa kita harus sinkron, dan agar bisa sinkron, maka harus berbicara sesuai kadar akal yang kita ajak bicara. Jika tidak, maka pemahaman akan terhambat, sebagaimana tadi, orang desa dapat istilah kota, jadinya bingung. Ha2...

Istana Negara nulai terlihat, disekelilingnya terhampar padang sabana rumput disertai ratusan rusa. Subhanallah, pemandangan yang menakjubkan. Banyak anak anak dan orang dewasa yang mencoba memberikan makanan pada rusa-rusa tersebut. Memang sih, cukup banyak yang menyediakan atau menjual wortel  di sekitar trotoar. “Maaf pak, pintu Gerbang Kebun Raya dimana yah?” masih saja kami tersesat, padahal udah di kawasan kebun Raya. “Lurus aja mas, nanti di sebelah Kantor Pos ada Pintu 2, itu pintu terdekat.”

Denah Kebun Raya
Alhamdulillah, setengah 10, kami tiba di Gerbang 2 Kebun Raya Bogor. Sempat curiga, masa tempat wisata sepi banget sih, parkirnya juga gak banyak motor. Tapi biarlah, yang penting segera kumpul biar gak telat acaranya.

HTM di Kebun Raya Bogor ini ternyata hanya 14ribu perorang dan 5ribu untuk biaya parkir per motor.  Masih terjangkaulah untuk rakyat kecil macam kita ini. Aku hanya berharap, semoga view-nya tidak mengecewakan. Dan alhamdulillah ternyata itu memang terbukti.

Menapaki Kebun Raya bagai di Tengah Rimba

Bambu Tropis
Rimbunnya bambu tropis menyambut aku dan istriku tercinta. Bener-bener sepi. Kecurigaanku di awal tadi terbukti, ternyata gerbang 2 ini bukan gerbang Utama. Hmm... ternyata aku salah misuk pintu nih. Baru ngeh kalo janjiannya kita di Gerbang Utama.
“Pak Gerbang Utama dimana ya?” tanyaku pada seorang sekuriti. “Lurus aja mas, ntar belok kiri.” 

Museum Zoologi Kebun Raya Bogor
Pengelolaan Kebun Raya ini ternyata cukup bagus. Jalan beraspal yang mulus terhampar,  kebersihannya pun lumayan terjaga. Matapun dimanjakan oleh hijaunya rerumputan yang bagaikan permadani dibentangkan. Udaranya juga cukup sejuk, sekalipun ditengah kota. Banyak sekali jenis tanaman yang menemani perjalananku menuju gerbang utama. 

Rimbunnya pepohonan

Paku-pakuan, palem, bahkan rotan cukup rimbun disepanjang jalan. Ngeri juga rasanya, hanya berduaan tapi suasana bagai di tengah hutan. Apalagi belum lama sempat terjadi kecelakaan rubuhnya sebuah pohon dan menimpa segerombolan orang yang memakan korban jiwa 30an orang. Yah, sebagai peringatan kepada kita, bahwa maut itu sangat dengat dengan kita, jauh lebih dekat daripada urat leher manusia, akan selalu menjemput, sekalipun berada di balik benteng alamut. Maka dari itu rihlahpun sudah selayaknya dibingkai dalam rangka ibadah, diniatkan untuk merekatkan ukhuwah, dan mentadabburi ayat-ayat kauniyah, sehingga seandainya ajalpun menghampiri, maka kita tetap di bawah ridho ilahi.

Contoh hewan yang ada di museum

Paus Biru Raksasa menyambut kami, yups, tibalah kami di museum zoologi, mengobati rasa lelah yang mulai menghinggapi. Ternyata isinya bagus sekali, banyak sekali hewan dari berbagai jenis dikoleksi, mulai dari yang hidup di darat,udara, bahkan air. Hewan-hewan itu asli lho ternyata, diawetkan dalam rangka penelitian dan pembelajaran. Cukup banyak anak sekolahan yang terlihat riwa riwi mencatat info-info penting yang tertera di tiap hewan yang dipajang. Pada mulanya aku dan istriku lewat belakang, biar dapet gratisan :D, tapi ternyata mau lewat depan, belakang, atau samping, tetep aja gratisan, yang penting jangan lewat atas, bakal dapat pentungan... Perlu  diperhatikan juga kalau museum kita ini berlaku jam besuknya lho, eh maksudnya jam kunjungan. Pokoknya maa syaa Allah deh, museum ini menyadarkanku akan bertapa kayanya negri ini. Tak bisa membayangkan, ketika kita bisa mensyukuri segala nikmat ini, maka akan seperti apa kayanya negri ini. Tapi kenyataannya justru berbanding terbalik, negri ini seakan-akan terjerat oleh angka kemiskinan, dan senantiasa diterpa ujian, sebuah indikasi bahwa kurangnya rasa syukur yang ada dalam diri kita. Karena rumus sederhananya jika syukur maka akan ditambah, dan jika kufur maka akan diadzab. Nas-alullaha as salamah wal’afiyah.

Persimpangan jalan
Setelah puas berputar-putar di museum,kami melanjutkan perjalanan menuju gerbang utama. Alhamdulillah setelah 10menitan sampai juga. Masih sepi. Belum ada anggota MDC yang terlihat. Padahal sudah jam setengah 11. Tapi memang dari info yang aku dapat, kawan-kawan semua sedang berjuang membelah lebatnya hujan. Namun selang sebentar ada yang memanggil manggil namaku. Alhamdulillah, ternyata Aziz dan Pulung, perwakilan dari wilayah Jakarta. Akrab banget kelihatannya mereka berdua. He2...

Di dekat gerbang utama ini, sementara aku, aziz, dan pulung, menunggu kawan-kawan yang lain, adapun istriku, berkeliling menikmati danau buatan yang tak jauh dari gerbang, entah karena malu sama aziz n pulung, atau karena gak mau ganggu mereka berdua. Namun tak lama kemudian datanglah dua sejoli yang lain, Mbak alfia dan Arda Laina. Mereka berdua ini perjuangannya juga perlu diacungi jempol lho. Kemana-mana bareng, naek angot lagi. Kalo gak salah Mbak Arda itu dari Jakarta, sedangkan Mbak alfi itu dari Tangerang.  Beliau bedua juga masuk dari pintu 2 seperti aku tadi. Yah, tak mengapalah jalan sebentar. Toh,semakin banyak kesusahan yang di tempuh, maka semakin banyak ganjaran yang direngkuh, yang penting, ikhlas,sabar, dan jangan mengeluh...  :D

Di dekat gerbang utama tempat kami kumpul pertama
Bresshhh...... Tiba-tiba hujan datang bergemuruh, langsung deras kayak air ditumpahin dari ember, kami pun langsung kocar-kacir cari tempat berteduh. Pada mulanyakami sudah sepakat mau nunggu di museum zoologi,sembari menikmati isinya, tapi apalah daya, hujan telah mendahului kami, maka berteduhlah kami di garden shop,sebuah toko kecil yang berisikan souvenir-souvenir dari Kebun Raya Bogor. Isinya lumayan bervariasi kok. Dengan harga yang cukup terjangkau. Ada gantungan kunci serangga, mainan kayu seperti mobil-mobilan, makanan ringan hasil olahan tanaman di Kebun Raya, dan masih banyak lagi. Jika kawan-kawan ingin membeli souvenir, disinilah tempatnya. Kalau mau berteduh juga boleh kok...

Kucingnya banyak dan gemuk-gemuk
Siapa nih... :D
Ping, WA-ku berbunyi, ada pesan dari Aziz yang mengirim sebuah gambar tentang sepasang kekasih yang berteduh di emperan Garden Shop, yups, tak lain dan tak bukan, itu adalah Bang Adjat beserta istrinya, perwakilan dari Cibinong. Bang adjat inilah yang tadi juga ikut membantu aku dalam memberi arahan selama tersesat di kebun Raya,beliau nantinya juga jadi semacam guide dalam tour kita kali ini, karena memang beliaulah yang paling akrab dengan tempat wisata ini. Dan nantinya juga dari awal sampe akhir jadi pasangan yang paling mesra, dan juga cowok paling cool diantara kita-kita ini, atau mungkin sok cool kali ya... Ha2, piss ya bang adjat...

Istirahat di Masjid Kebun Raya Bogor

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua belas, akhirnya kami membuat kesepakatan ulang untuk berkumpul di masjid saja, sekalian shalat dhuhur. Sebenarnya bang Amal, selaku wakil ketua MDC, sudah tiba di TKP, tapi karena hujan deras, beliau berteduh di perpustakaan, dan ketika menyusul di garden shop, ternyata kami sudah otw ke Masjid. Akhirnya beliau sholat di musholla sebelah garden shop, sembari menunggu bang rijal and the gank yang sedang dalam perjalanan dari Bekasi.

Satu-satunya masjid di Kebun Raya Bogor
Allahumma shoyyiban nafi’an, nikmat Allah yang satu ini masih diperpanjang hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Perjalanan menuju masjid serasa jauh karena perut sudah mulai keroncongan. Maklum tenaga terkuras di perjalanan pagi tadi. Bahkan kepala mulai terasa pening. Tapi hati ini cukup terhibur dengan rimbunnya pepohonan dan pemandangan alam. 

Berjajar rapi di tepi jalan
Saat melewati jembatan merah, kulihat air bah yang begitu deras. Hmm, mungkin inilah yang jadi salah satu penyebab warga Jakarta sering terkena banjir kiriman. Cukup panjang juga jembatan ini, menandakan betapa lebarnya sungai yang kami lalui. Alhamdulillah setelah beberapa saat tiba juga kami di Masjid Kebun Raya. Istirahat sejenak melepas lelah, tak lama kemudian adzan berkumandang. Kami pun menunaikan sholat dzuhur kemudian istirahat.

Bapak ibu pada lagi makan nih...
HPku bergetar, sebuah panggilan masuk ternyata, dari bang rijal dan bang ozi beserta istri-istrinya sudah tiba, mereka sudah di musholla bersama bang Amal. Akhirnya bang Ajat berinisiatif menjemput mereka. Dan Alhamdulillah tepat pukul 2, kami semua sudah berkumpul di masjid. Tinggal menunggu Ketua MDC Jabodetabek, bang Yadi, yang ternyata masih dalam perjalanan. Sambil menunggu, Bang Rijal, Bang Ozi, Bang Adjat dan Bang Amal membuka bekal. Adapun kami yang Cuma bawa badan doang, yakni Aku, Pulung, Aziz, berjalan keluar mencoba mencari makanan, tapi ternyata hasilnya nihil. Akhirnya kami plus 3 akhwat beli pop mie di pelataran masjid. Sambil makan, otakku berputar-putar, bukankah jualbeli di masjid dan wilayah yang terhitung masih bagian darinya itu gak boleh? Tapi aku baru teringat setelah Popmie sudah di mulut. Ternyata lapar sudah membuatku tidak bisa berfikir jernih lagi... Allahummaghfir lanaa...,

Dinginnya Hujan tak Mencegah Hangatnya Kebersamaan

Ehm... ehm...
Pukul 3 sore, alhamdulillah, semua personil lengkap sudah. Bang Yadi yang ditunggu-tunggu akhirnya telah bergabung. Acara dilanjutkan foto hunting, berhubung sudah mendekati waktu ashar, maka kami mengambil rute jalan menuju musholla. Sempat melewati tanah lapang yang sangat luas, dan ditutup oleh rumput dengan sangat apik. Berdiri diatasnya para pelajar yang sedang baris berbaris. Tak jauh dari situ terdapat kolam yang cukup luas berisikan koleksi teratai raksasa. Memang benar-benar raksasa ukurannya, seolah-olah kita bisa bersila di atasnya. Eits, tapi jangan dicoba lho, bakal kecemplung, soalnya cuma selembar daun. Kami pun menyempatkan diri untuk foto-foto bersama. Adapun para ibu-ibu sepertinya pada malu, mungkin gara-gara yang laki pada malu-maluin kali ya... He2. Sebenarnya banyak sekali spot yang bagus untuk diabadikan, akan tetapi berhubung waktu yang semakin menipis, ditambah hujan yang masih saja rintik-rintik, para fotografer yang kami miliki tak dapat mengeksplor dengan maksimal. Hmm, mungkin lain kesempatan, tapi yang jelas, cukup rekomended.  

Tertawa lepas para bapak-bapak
Ibu-ibu hanya bisa geleng2 liat kenarsisan para suami
Teratai Raksasa

Mesranya Aziz dan Pulung

Musholla sebelah Garden Shop
Sholat Ashar sudah kami tunaikan, kamipun sepakat meeting sebentar di musium zoologi yang tak jauh dari musholla. Mungkin ini satu-satunya meeting terhebat, di dalam perut ikan paus... :D Soalnya diatas kami terdapat kerangka Paus Biru yang amat besar. Jadi teringat kisah nabi Yunus yang ditelan hidup-hidup oleh paus.

Di bawah Paus Biru...
Pulung selaku MC acara kali ini membuka meeting dengan suara cemprengnya. Harusnya sih sambutan dulu dari Ketua MDC Jabo, tapi ni gak tau si Pulung ada dendam kali ya ma aku, langsung maen tunjuk buat isi tausyah bentar. Yah berhubung sudah jadi amanah, biarpun kepala pening karna keujanan dan belum makan nasi, aku hanya membacakan sebuah hadist tentang 7 golongan yang mendapat naungan Allah kelak di yaumil akhir. Dan titik poinnya sebenarnya di golongan keempat, rojulaani tahaabba fillahi ijtama’a ‘alaihi wa tafarraqaa ‘alaih, dua lelaki yang saling mencintai karena Allah, berkumpul karena Allah, dan hanya berpisah karena Allah. Aku berharap banget dan senantiasa berdoa kepada Allah agar para anggota MDC ini bersaudara karena Allah, berjuang bersama, karena Allah, hingga hanya mautlah yang memisahkan kita semua. Dan hadist ini sekalipun mukhotobnya rojul atau laki-laki, tapi juga mencakup para wanita juga. Ketahuilah kawan, ikatan karena saudara serahim, atau kesukuan, atau kenegaraan, atau warna kulit, atau semua ikatan-ikatan yang ada di kehidupan ini, apapun itu, semuanya tak akan ada manfaatnya di hari akhir kelak, di kehidupan kita yang kedua. Yang memberikan manfaat hanyalah ikatan karena Allah, persaudaraan karena iman, yang murni tanpa ada embel-embel apapun. Semoga Allah senantiasa menguatkan ikatan ini, dan memberkahi langkah-langkah kita dan setiap pekuh yang menetes dari kulit kita. Allahumma aamiin...
Sudah cerah, bakal kangen nih ma bunga-bunganya.

Setelah tausyah singkat, acara dilanjutkan ke sambutan Ketua MDC Jabo, bang Yadi, tapi maaf ya bang, jujur deh, suaranya lembuuut banget, saking lembutnya sampai saya gak dengar. Atau mungkin telinga saya yang udah agak eror kali ya. 

Bang Amal juga kemudian gak mau kalah, beliau memaparkan agenda kita bulan ini. Yakni agenda terdekat menyambut bulan Valentine dengan mengkounternya melalui poster dakwah, kemudian kemungkinan diadakannya pameran MDC di Islamic Book Fair di Senayan  akhir februari. Berhubung tempatnya di Jakarta, maka mau tak mau kitalah yang akan menjadi tuan rumahnya. Dan juga adanya wacana Kopdar MDC senusantara. Wow, keren juga nih. Setelah bang Amal selesai, beralih ke bang Rijal yang menutup dengan do’a. Di penghujung acara, Pulung ternyata cari sensasi. Ha2, pencritaan kali ya, tapi asyik sih, kita diajak hadap kanan, kemudian saling pijet-pijetan. Kayanya dia fasih banget deh dalam hal ini, jangan-jangan mantan tukang pijet ya lung? 

Melewati jembatan merah
Alhamdulillah, acara selesai dengan lancar, sekalipun cuaca tidak mendukung. Gelapnya mendung dan rintikan gerimis hujan, tetap saja tak dapat memadamkan hangatnya persaudaraan, persaudaraan karena-Nya, insya Allah.

O, iya, ada pahlawan kesiangan lho... Yups, Bang Ali dari Tangerang, ternyata datang di saat injury time. Sempat bertemu beberapa kawan yang pulang melalui gerbang utama, akhirnya kita sempat ngobrol sebentar didepan gerbang yang sudah ditutup itu. Yah, tak mengapalah, Allah pasti tetap menghargai apa yang antum usahakan. Dan buat semua kawan yang jauh-jauh, terima kasih karena telah mengajarkan kepada kami tentang pentingnya semangat juang dalam rangka membela agama Allah ini, hujan-hujanan, gonta ganti mobil angkot, pulang kemalaman, insya Allah semua itu ada hitungannya di sisi Allah, takkan sia-sia. lngatlah ketika Imam Ahmad ditanya muridnya, “mataa yajidul abdu tha’mar rahah?” "kapan seseorang bisa beristirahat?” Ia menjawab, “Indamaa yadha’u ihda qadamaihi fil jannah.” (“Jika dia telah menginjakkan salah satu telapak kakinya di Surga, maka disanalah dia akan beristirahat”). Sekian dulu ya kawan-kawan, sampai berjumpa di tulisan berikutnya, in sya Allah... :)

Estimasi Biaya

HTM: 14k perorang
Parkir: 5k permotor 


Thanks to:

1. Allah 'azza wa jalla
2. Istriku tercinta yang mau menemaniku berhujan-hujanan sekalipun sampai rumah langsung jaga malam.
3. Teman-teman yang telah hadir: Bang Amal (Cibinong), Bang Yadi (Jakarta), Aziz n Pulung (Jakarta), Bang Adjat dan istri (Cibinong), Bang Rizal dan istri (Bekasi), Bang Ozi dan Istri (Bekasi), Mbak Alfia (Tangerang), dan Mbak Arda (Jakarta). Oh iya, Mas Ali juga dari Tangerang.
4. Kawan-kawan MDC secara umumnya.

6 komentar:

  1. terima kasih bang Supri sudah berbagi cerita...
    Semoga kita bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bang, sama2... hanya berbagi sebuah coretan kecil, agar memori akan kebersamaan itu tetap terjaga... :)

      Hapus
  2. Salut, jauh-jauh dan hujan tetap semangat datang ^^v ,. Barakallahu feekum

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bang.... smoga kita ga jadi generasi kerupuk... mlempem kl kena ujan... :D

      Hapus
  3. Keren..
    Semoga kebersamaan kita akan terus terjaga.. ^^

    BalasHapus

 

Perhatian!!!

Boleh Co-Pas asal jangan sampai merubah makna dari isi artikel. Dan juga tolong dicantumkan sumbernya ya... Syukron, baarokallahu fiekum...

Blogroll