Kamis, 14 November 2013

Apa sih FITROH itu?

Pagi ini, pelajaran di kelas sedikit terasa menegangkan. Yups, setiap pelajaran Hadist, dosen kami dari Saudi, Ustadz al Hakamiy selalu saja memanggil sebuah nama untuk diintrogasi mengenai pelajaran yang lalu.
“Yaa Fulan..”
“Na’am ustadz.” (iya ustadz)
“Qif!” (berdiri!)
Maka introgasi pun dimulai. Bertubi-tubi pertanyaan dilancarkan, keringat dingin pun terkadang mulai terteteskan. Jika si Fulan beruntung maka akan mendapat nilai 5, tapi jika lagi apes tetap dapat nilai sih, walaupun cuma nol. Tapi ketegangan tak kan berlangsung lama, karena setelah masuk ke pembahasan, dengan gayanya yang unik, beliau mampu mencairkan suasana. 


Itulah gambaran sedikit mengenai suasana kelasku kawan. Terus apa hubungannya coba? He2, kali ini aku ingin sedikit berbicara mengenai apa yang aku dapatkan tadi pagi, tentang fitroh. Sebuah pembahasan ringan yang beliau sampaikan, dan insya Allah banyak manfaatnya.

Apa sih Fitroh itu?

Hmm, jangan salah nih, “Fitroh” di sini bukan bermakna zakat fitroh lho... Tapi yang dimaksud dengan fitroh adalah sebuah tabiat yang Allah itu menciptakan manusia berada diatasnya, atau bahasa mudahnya, fitroh itu sesuatu yang sudah jadi bawaan dari sana. Dan Islam itu, asal kawan-kawan tau ya, sangat perhatian dengan hal-hal semacam ini, sekalipun itu mungkin terkesan remeh di mata kita. Misal paling mudah nih, rasa tertarik antar lawan jenis, maka Islam mengikatnya dalam sebuah bingkai indah yang bernama pernikahan, jadi jika kita dapati seseorang yang suka terhadap sesama jenis (homo atau lesbi) maka dia telah menyalahi fitroh. Contoh lain nih, laki-laki itu dasarnya suka ngegombal, sedangkan wanita itu sukanya digombalin. Maka dari itu Islam membolehkan seorang suami itu berbohong kepada istri, karena sudah jadi rahasia umum kalau yang namanya gombal itu 90 persen bo’ong, sedangkan sisanya yang 10 persen? Ngibul... he2.. Padahal hukum asli dari bohong itu haram, bahkan termasuk sifat orang munafik, tapi khusus dalam hal ini diperbolehkan demi menjaga keharmonisan rumah tangga dan menjaga fitroh itu sendiri. Makanya terkhusus untuk laki-laki yang pada umumnya irit bicara, tak ada salahnya kok sesekali ngegombalin pasangannya, jangan pelit-pelit lah. Mumpung gombal itu masih gratis. :) 


Lantas Fitroh itu apa aja?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling perhatian terhadap kita. Bahkan perhatiannya melebihi perhatian orang tua kita lho, karena beliau mengajari kita bagaimana cara hidup atau life style dari segala aspek. Soalnya hidup ini kalau sekedar hidup, babi-pun tanpa belajar juga bisa hidup, atau kalau sekedar kerja, kera-pun paling rajin kalau disuruh kerja.

(الْفِطْرَةُ خَمْسٌ: الْخِتَانُ، وَالاسْتِحْدَادُ، وَنَتْفُ الإبْطِ، وَقَصُّ الشَّارِبِ، وَتَقْلِيمُ الأظْفَارِ)

Balik lagi ke materi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Fitrah itu ada lima, al khitan, wal istihdaad, wa natful ibith, wa qoshshu syaarib, wa taqliimul adzfaar.” Apa hayo artinya? Biar lebih jelas, kita urai satu persatu yuk...

Al Khitaan

Khitaan itu dalam bahasa kita biasa dikenal dengan sunat. Yaitu memotong ujung dzakar, yang jika dibiarkan maka akan menyebabkan berkumpulnya kotoran dan najis sehingga berpotensi membawa penyakit. Khitan ini hukumnya wajib bagi laki-laki, dan sebuah kemuliaan bagi wanita. Asal kawan-kawan tahu, dahulu nabi Ibrahim ‘alaihis salam khitan pada usia 80 tahun lho, dan menggunakan apa coba? Menggunakan kapak, yang sekarang biasa kita pakai di ladang! Coba bayangkan, mengerikan bukan? Hal itu dikarenakan perintah khitan baru turun pada saat usia beliau segitu. Nah adapun kita, gak harus menunggu hingga usia segitu kok. Dalam hal ini terdapat beberapa anjuran. Diantaranya ketika sang anak sudah baligh (sudah terbebani kewajiban sholat), atau ketika baru usia tujuh hari (sekalian aqiqohan). Dan ustadz kami menyarankan yang kedua, karena ketika masih bayi lebih mudah karena tidak banyak bergerak, dan tidak terasa sakit.

Al Istihdaad

Al istihdaad itu berarti mencukur rambut atau bulu yang tumbuh di sekitar farji, baik itu qubul ataupun dubur. Karena jika dibiarkan, maka najis-najis yang kita keluarkan tiap hari bisa menempel di sana, sehingga thoharoh (wudhu atau mandi janabah) bisa menjadi batal jika masih ada najis yang tertinggal. Jika thoharoh batal, maka segala ibadah kitapun menjadi batal. Ngeri gak tuh?? Jadi harap diperhatikan tuh gak hanya yang di depan, tapi juga yang di belakang. Dan hal ini berlaku untuk laki-laki dan wanita. Makanya nabi melarang laki-laki jika bepergian atau safar (mungkin dinas luar kota) pulang ke rumah malam-malam tanpa memberi kabar terlebih dahulu kepada istri. Karena hal itu berarti tidak memberikan kesempatan kepada sang istri untuk berhias termasuk di dalamnya ber-istihdaad. Karena fitroh suami istri itu jika lama tak berjumpa, maka setelah berjumpa langsung terjadilah hal-hal yang memang semestinya terjadi. Begitulah kata beberapa ustadz... :)

Natful Ibith

Apa tuh? Natful ibith itu mencabut bulu ketiak, yang jika dibiarkan begitu saja bisa menjadi hutan, dan menyebabkan bau tak sedap. Mungkin kawan-kawan berfikir, apa gak sakit tuh bulu ketiak dicabut? Jika terbiasa insya Allah ternyata gak sakit kok. Tapi bagi yang gak kuat, gak usah memaksakan diri, boleh kok dicukur pake alat cukur. Karena imam Syafi’i pun gak kuat jika dicabut, begitu juga dengan ustadz kami. Hanya saja lebih bagus dicabut, karena selain bersih, juga tidak meninggalkan bekas kehitam-hitaman. Akan tetapi yang terpenting jangan biarkan tumbuh lebat lah. Mungkin sang pemilik bisa saja santai-santai, tapi kasihan orang yang berada di samping kiri atau kanan, akan merasa sangat terganggu dengan baunya. Dan tak baik buat kesehatan, terutama kesehatan rumah tangga. Gak kerenlah, masa’ udah cantik-cantik atau ganteng-ganteng, eh ternyata ketiaknya lebih lebat dari hutan amazon, bau lagi...

Qoshshusy Syaarib

Yaitu memotong atau merapikan kumis, alasan utamanya demi menyelisihi kebiasan orang-orang musyrik majusi (para penyembah api di persia) yang berbangga bangga dengan panjangnya kumis mereka. Adapun alasan lain yaitu ketika kita minum satu gelas untuk banyak orang, maka orang yang mendapat jatah setelah pemilik kumis akan merasa jijik atau kurang nyaman. 


Taqliimul Adzfaar

Yaitu memotong kuku, karena jika dibiarkan maka akan menjadi tempat berkumpulnya kuman-kuman dan kotoran, sehingga ketika kita makan akan bercampur dan bisa menyebabkan sakit. Memotong kuku itu termasuk fitroh, karena itu orang yang memanjangkan kuku dengan alasan sebagai hiasan, maka itu menyelisihi fitroh. Karena kuku-kuku yang panjang itu akan menghambat kinerja kita. Makanya ketika nadzor (melihat calon istri) disarankan melihat jari-jarinya, karena dari situ kita tahu, apakah dia wanita yang rajin bekerja atau malas. Orang yang memiliki kuku panjang pasti akan berhati-hati agar kukunya tidak rusak, sehingga ketika bekerja fokusnya akan terbagi, bahkan terkadang lebih mementingkan kuku daripada kerja. Apalagi jika sudah sampai tingkat manicure pedicure atau apalah istilahnya itu, termasuk dalam perbuatan isrof dan tabdzir (berlebihan dan mubadzir), karena biaya yang dikeluarkan amatlah mahal.


Terus kapan?

Alhamdulillah, mudahkan ternyata fitroh itu? Sudah dilaksanain belum? Dianjurkan kegiatan bersih-bersih itu dilakukan pada hari jum’at, dan batas waktunya pun jangan sampai lebih dari 40 hari. Masih banyak tuntutan-tuntunan dari Rasul kita tercinta mengenai fitroh, namun mungkin akan kita bahas di waktu yang lain. Jadi seorang muslim itu harus rapi, bersih, dan wangi. Pernah suatu ketika Rasulullah bersabda: “Gak akan masuk surga, orang yang di dalam hatinya ada setitik kesombongan.” Lantas seorang sahabat bertanya, “Yaa Rasulallah, sesungguhnnya seorang laki-laki itu suka jika memakai baju yang indah dan sandal yang indah pula.” Maka Rasul menjawab, “Sesungguhnya Allah itu Jamiil (indah) dan menyukai keindahan, yang dimaksud dengan sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” Jangan lupa pula bahwa kebersihan itu sebagian dari iman (ath thohuuru syathrul iman). Dakwahkan lah bahwa Islam itu agama yang bersih, rapi, dan sehat, karena sudah menjadi fitroh pula bahwa manusia itu menilai sesuatu pertama kali dari covernya. Selamat bersih-bersih kawan... :)

Batavia, 13.11.13

Abdurrahman al Faatih – Supriyadi


Daftar Pustaka:
1.       Taisiirul ‘alaam – syarh umdatul ahkaam, Juz 1, ‘abdullah bin ‘abdurrahman bin shoolih aali bassaam (kitab qism takmiliy awwal)
2.       Syarh shohiih al bukhari, ibnu bathol

1 komentar:

 

Perhatian!!!

Boleh Co-Pas asal jangan sampai merubah makna dari isi artikel. Dan juga tolong dicantumkan sumbernya ya... Syukron, baarokallahu fiekum...

Blogroll