“Ada tiga golongan yang merasakan manisnya iman: orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari mencintai dirinya sendiri, orang yang mencintai seseorang karena Allah, dan orang yang benci kembali pada kekafiran sebagaimana ia benci jika dicampakkan ke dalam api neraka.” (HR. Bukhari)
Assalamualaikum kawan, gimana kabar? Hmm... Sudah lama
sekali aku gak mampir di blog tercinta ini walaupun hanya sekedar untuk
menyematkan sebuah tulisan ringan... Maklum, kesibukan setelah nikah memang
lain (eh... he2... maaf karena terakhir nulis kemarin statusnya masih
jomblo...) Oke deh langsung saja...
Rihlah di MDC Jabo
Mungkin itu sebuah ungkapan dengan sedikit bercampur antara
berharap dan kecewa dari sebuah kawan baruku. Aziz namanya, seorang desainer
sekaligus fotografer yang tergabung di
MDC (mosleem desainer comunity) wil Jabodetabek -komunitasku yang baru, lain
kali mungkin akan aku ceritakan di part yang lain-, seorang jomblo yang belum
laku-laku (ha2... kalo udah laku bukan jomblo namanya... sori ya ziz, bcanda...
tenang, kamu belum laku bukan karena wajahmu gak keren kok, tapi karena Allah
udah punya perhitungan sendiri buat ngasih kamu bidadari di waktu yang
tepat...) Yah,,, mungkin memang sudah sepantasnya sedikit rasa kecewa itu
terungkap, mengingat banyak diantara kami yang kurang merespon, termasuk
diantaranya aku, masih sedikit bimbang karena baru bisa menentukan sebelum hari
H. Memang tidak dapat dipungkiri,bahwa anggota komunitasku yang satu ini
berisikan orang-orang sibuk semua. Bagiku tak mengapalah, selama kesibukan itu
dalam hal yang positif yakni memberi kemanfaatan bagi orang lain, maka itu
adalah hal yang baik. Sebagaimana perkataan ulama kita, ibnu Qayyim
rahimahullah, “Dirimu itu, seandainya tidak disibukkan dalam perkara yang
positif, maka pasti akan disibukkan dengan perkara-perkara negatif.”
“Insya Allah Supri datang beserta istri.” Alhamdulillah, setelah H-3 akhirnya bisa deal ikut, dan dengan sedikit rayuan, istriku akhirnya mau juga diajak..(ha2, aslinya sih gak sedikit rayuan, tapi banyak,,, ) Yups, Minggu depan, tepatnya 1 februari 2015, kami akan mengadakan rihlah MDC yang pertama di Kebun Raya Bogor, bi idznillah, semoga lancar...
“Insya Allah Supri datang beserta istri.” Alhamdulillah, setelah H-3 akhirnya bisa deal ikut, dan dengan sedikit rayuan, istriku akhirnya mau juga diajak..(ha2, aslinya sih gak sedikit rayuan, tapi banyak,,, ) Yups, Minggu depan, tepatnya 1 februari 2015, kami akan mengadakan rihlah MDC yang pertama di Kebun Raya Bogor, bi idznillah, semoga lancar...
Di bawah Rintikan Hujan menuju Kota Hujan
“Ayo gih berangkat.” Waktu sudah menunjukkan pukul 7,
sedangkan acara dimulai pukul 9, sudah harus bergegas nih. Kami (aku dan istri)
segera tancap gas dari Cileungsi menuju Bogor. Dengan bantuan GPS, aku tahu
bahwa jarak yang ditempuh kali ini sejauh 36 km, dengan perkiraan waktu tempuh
1 jam16 menit, tapi itu tanpa diselingi macet dan menggunakan mobil. Adapun aku
kali ini, di bawah guyuran gerimis, tertatih-tatih mengendarai mio sederhana,
memboncengkan seorang istri yang sedang hamil muda. Entahlah, akan tiba pukul berapa. Sebelum isi
bensin, kami sempatkan diri mampir di kedai ketoprak, makan berdua di pinggir
jalan dibawah guyuran gerimis itu memang istimewa, hi2.
Cibubur, Tapos, Cibinong, kemudian Bogor kota, perlahan tapi
pasti, kami sudah tiba di gerbang kota Bogor. Sempat kebingungan dan
tanya-tanya, akhirnya kami mendapat sebuah petunjuk akhir, “Ikuti mobil aja
mas,” begitu kata orang terakhir yang kami tanya,seorang penjual nasi. Hmm...
pada mulanya aku bingung, masa sih kita disuruh ikut mobil?? Mobil kan banyak,
ada yang belok kanan, ada yang belok kiri, ada yang lurus, bahkan yang puter balik
pun ada, yang belum ada cuma mobil terbang... Tapi yang penting jalan saja
lah,toh nanti ketemu juga. Dan ternyata benar, alhamdulillah di tengah jalan
dapat ilham, baru faham kalo yang dimaksud mobil itu mobil angkot... Ha2 dasar
orang desa... Jadi ingat sebuah kaidah dakwah, Khatibun naasa qadra uquulihim,
berbicaralah kepada manusia sesuai kadar akalnya, maksudnya jika kita ingin
pesan tersampaikan, maka bahasa kita harus sinkron, dan agar bisa sinkron, maka
harus berbicara sesuai kadar akal yang kita ajak bicara. Jika tidak, maka
pemahaman akan terhambat, sebagaimana tadi, orang desa dapat istilah kota,
jadinya bingung. Ha2...
Istana Negara nulai terlihat, disekelilingnya terhampar
padang sabana rumput disertai ratusan rusa. Subhanallah, pemandangan yang
menakjubkan. Banyak anak anak dan orang dewasa yang mencoba memberikan makanan
pada rusa-rusa tersebut. Memang sih, cukup banyak yang menyediakan atau menjual
wortel di sekitar trotoar. “Maaf
pak, pintu Gerbang Kebun Raya dimana yah?” masih saja kami tersesat, padahal
udah di kawasan kebun Raya. “Lurus aja mas, nanti di sebelah Kantor Pos ada
Pintu 2, itu pintu terdekat.”
Alhamdulillah, setengah 10, kami tiba di Gerbang 2 Kebun
Raya Bogor. Sempat curiga, masa tempat wisata sepi banget sih, parkirnya juga
gak banyak motor. Tapi biarlah, yang penting segera kumpul biar gak telat
acaranya.
HTM di Kebun Raya Bogor ini ternyata hanya 14ribu perorang
dan 5ribu untuk biaya parkir per motor.
Masih terjangkaulah untuk rakyat kecil macam kita ini. Aku hanya
berharap, semoga view-nya tidak mengecewakan. Dan alhamdulillah ternyata itu
memang terbukti.
Menapaki Kebun Raya bagai di Tengah Rimba
Bambu Tropis |
Rimbunnya bambu tropis menyambut aku dan istriku tercinta.
Bener-bener sepi. Kecurigaanku di awal tadi terbukti, ternyata gerbang 2 ini
bukan gerbang Utama. Hmm... ternyata aku salah misuk pintu nih. Baru ngeh kalo
janjiannya kita di Gerbang Utama.
“Pak Gerbang Utama dimana ya?” tanyaku pada seorang
sekuriti. “Lurus aja mas, ntar belok kiri.”
Museum Zoologi Kebun Raya Bogor |
Rimbunnya pepohonan |
Paku-pakuan, palem, bahkan rotan cukup rimbun disepanjang jalan. Ngeri juga rasanya, hanya berduaan tapi suasana bagai di tengah hutan. Apalagi belum lama sempat terjadi kecelakaan rubuhnya sebuah pohon dan menimpa segerombolan orang yang memakan korban jiwa 30an orang. Yah, sebagai peringatan kepada kita, bahwa maut itu sangat dengat dengan kita, jauh lebih dekat daripada urat leher manusia, akan selalu menjemput, sekalipun berada di balik benteng alamut. Maka dari itu rihlahpun sudah selayaknya dibingkai dalam rangka ibadah, diniatkan untuk merekatkan ukhuwah, dan mentadabburi ayat-ayat kauniyah, sehingga seandainya ajalpun menghampiri, maka kita tetap di bawah ridho ilahi.
Contoh hewan yang ada di museum |
Paus Biru Raksasa menyambut kami, yups, tibalah kami di museum zoologi, mengobati rasa lelah yang mulai menghinggapi. Ternyata isinya bagus sekali, banyak sekali hewan dari berbagai jenis dikoleksi, mulai dari yang hidup di darat,udara, bahkan air. Hewan-hewan itu asli lho ternyata, diawetkan dalam rangka penelitian dan pembelajaran. Cukup banyak anak sekolahan yang terlihat riwa riwi mencatat info-info penting yang tertera di tiap hewan yang dipajang. Pada mulanya aku dan istriku lewat belakang, biar dapet gratisan :D, tapi ternyata mau lewat depan, belakang, atau samping, tetep aja gratisan, yang penting jangan lewat atas, bakal dapat pentungan... Perlu diperhatikan juga kalau museum kita ini berlaku jam besuknya lho, eh maksudnya jam kunjungan. Pokoknya maa syaa Allah deh, museum ini menyadarkanku akan bertapa kayanya negri ini. Tak bisa membayangkan, ketika kita bisa mensyukuri segala nikmat ini, maka akan seperti apa kayanya negri ini. Tapi kenyataannya justru berbanding terbalik, negri ini seakan-akan terjerat oleh angka kemiskinan, dan senantiasa diterpa ujian, sebuah indikasi bahwa kurangnya rasa syukur yang ada dalam diri kita. Karena rumus sederhananya jika syukur maka akan ditambah, dan jika kufur maka akan diadzab. Nas-alullaha as salamah wal’afiyah.
Setelah puas berputar-putar di museum,kami melanjutkan
perjalanan menuju gerbang utama. Alhamdulillah setelah 10menitan sampai juga.
Masih sepi. Belum ada anggota MDC yang terlihat. Padahal sudah jam setengah 11.
Tapi memang dari info yang aku dapat, kawan-kawan semua sedang berjuang
membelah lebatnya hujan. Namun selang sebentar ada yang memanggil manggil
namaku. Alhamdulillah, ternyata Aziz dan Pulung, perwakilan dari wilayah
Jakarta. Akrab banget kelihatannya mereka berdua. He2...
Di dekat gerbang utama ini, sementara aku, aziz, dan pulung,
menunggu kawan-kawan yang lain, adapun istriku, berkeliling menikmati danau
buatan yang tak jauh dari gerbang, entah karena malu sama aziz n pulung, atau
karena gak mau ganggu mereka berdua. Namun tak lama kemudian datanglah dua
sejoli yang lain, Mbak alfia dan Arda Laina. Mereka berdua ini perjuangannya
juga perlu diacungi jempol lho. Kemana-mana bareng, naek angot lagi. Kalo gak
salah Mbak Arda itu dari Jakarta, sedangkan Mbak alfi itu dari Tangerang. Beliau bedua juga masuk dari pintu 2 seperti
aku tadi. Yah, tak mengapalah jalan sebentar. Toh,semakin banyak kesusahan yang
di tempuh, maka semakin banyak ganjaran yang direngkuh, yang penting,
ikhlas,sabar, dan jangan mengeluh... :D
Di dekat gerbang utama tempat kami kumpul pertama |
Kucingnya banyak dan gemuk-gemuk |
Siapa nih... :D |
Istirahat di Masjid Kebun Raya Bogor
Waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua belas, akhirnya
kami membuat kesepakatan ulang untuk berkumpul di masjid saja, sekalian shalat
dhuhur. Sebenarnya bang Amal, selaku wakil ketua MDC, sudah tiba di TKP, tapi
karena hujan deras, beliau berteduh di perpustakaan, dan ketika menyusul di
garden shop, ternyata kami sudah otw ke Masjid. Akhirnya beliau sholat di
musholla sebelah garden shop, sembari menunggu bang rijal and the gank yang
sedang dalam perjalanan dari Bekasi.
Satu-satunya masjid di Kebun Raya Bogor |
Berjajar rapi di tepi jalan |
Bapak ibu pada lagi makan nih... |
Dinginnya Hujan tak Mencegah Hangatnya Kebersamaan
Ehm... ehm... |
|
Musholla sebelah Garden Shop |
Di bawah Paus Biru... |
Setelah tausyah singkat, acara dilanjutkan ke sambutan Ketua
MDC Jabo, bang Yadi, tapi maaf ya bang, jujur deh, suaranya lembuuut banget,
saking lembutnya sampai saya gak dengar. Atau mungkin telinga saya yang udah
agak eror kali ya.
Bang Amal juga kemudian gak mau kalah, beliau memaparkan
agenda kita bulan ini. Yakni agenda terdekat menyambut bulan Valentine dengan
mengkounternya melalui poster dakwah, kemudian kemungkinan diadakannya pameran
MDC di Islamic Book Fair di Senayan
akhir februari. Berhubung tempatnya di Jakarta, maka mau tak mau kitalah
yang akan menjadi tuan rumahnya. Dan juga adanya wacana Kopdar MDC senusantara.
Wow, keren juga nih. Setelah bang Amal selesai, beralih ke bang Rijal yang
menutup dengan do’a. Di penghujung acara, Pulung ternyata cari sensasi. Ha2,
pencritaan kali ya, tapi asyik sih, kita diajak hadap kanan, kemudian saling
pijet-pijetan. Kayanya dia fasih banget deh dalam hal ini, jangan-jangan mantan
tukang pijet ya lung?
Melewati jembatan merah |
O, iya, ada pahlawan kesiangan lho... Yups, Bang Ali dari
Tangerang, ternyata datang di saat injury time. Sempat bertemu beberapa kawan
yang pulang melalui gerbang utama, akhirnya kita sempat ngobrol sebentar
didepan gerbang yang sudah ditutup itu. Yah, tak mengapalah, Allah pasti tetap
menghargai apa yang antum usahakan. Dan buat semua kawan yang jauh-jauh, terima
kasih karena telah mengajarkan kepada kami tentang pentingnya semangat juang
dalam rangka membela agama Allah ini, hujan-hujanan, gonta ganti mobil angkot,
pulang kemalaman, insya Allah semua itu ada hitungannya di sisi Allah, takkan
sia-sia. lngatlah ketika Imam Ahmad ditanya muridnya, “mataa yajidul abdu
tha’mar rahah?” "kapan seseorang bisa beristirahat?” Ia menjawab, “Indamaa
yadha’u ihda qadamaihi fil jannah.” (“Jika dia telah menginjakkan salah satu
telapak kakinya di Surga, maka disanalah dia akan beristirahat”). Sekian dulu
ya kawan-kawan, sampai berjumpa di tulisan berikutnya, in sya Allah... :)
Parkir: 5k permotor
2. Istriku tercinta yang mau menemaniku berhujan-hujanan sekalipun sampai rumah langsung jaga malam.
3. Teman-teman yang telah hadir: Bang Amal (Cibinong), Bang Yadi (Jakarta), Aziz n Pulung (Jakarta), Bang Adjat dan istri (Cibinong), Bang Rizal dan istri (Bekasi), Bang Ozi dan Istri (Bekasi), Mbak Alfia (Tangerang), dan Mbak Arda (Jakarta). Oh iya, Mas Ali juga dari Tangerang.
4. Kawan-kawan MDC secara umumnya.
Estimasi Biaya
HTM: 14k perorangParkir: 5k permotor
Thanks to:
1. Allah 'azza wa jalla2. Istriku tercinta yang mau menemaniku berhujan-hujanan sekalipun sampai rumah langsung jaga malam.
3. Teman-teman yang telah hadir: Bang Amal (Cibinong), Bang Yadi (Jakarta), Aziz n Pulung (Jakarta), Bang Adjat dan istri (Cibinong), Bang Rizal dan istri (Bekasi), Bang Ozi dan Istri (Bekasi), Mbak Alfia (Tangerang), dan Mbak Arda (Jakarta). Oh iya, Mas Ali juga dari Tangerang.
4. Kawan-kawan MDC secara umumnya.
terima kasih bang Supri sudah berbagi cerita...
BalasHapusSemoga kita bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian :D
Iya bang, sama2... hanya berbagi sebuah coretan kecil, agar memori akan kebersamaan itu tetap terjaga... :)
HapusSalut, jauh-jauh dan hujan tetap semangat datang ^^v ,. Barakallahu feekum
BalasHapusIya bang.... smoga kita ga jadi generasi kerupuk... mlempem kl kena ujan... :D
HapusKeren..
BalasHapusSemoga kebersamaan kita akan terus terjaga.. ^^
Iya mbak... allahumma aamiin....
Hapus