Pagi ini,
pelajaran di kelas sedikit terasa menegangkan. Yups, setiap pelajaran Hadist,
dosen kami dari Saudi, Ustadz al Hakamiy selalu saja memanggil sebuah nama
untuk diintrogasi mengenai pelajaran yang lalu.
“Yaa Fulan..”
“Na’am ustadz.”
(iya ustadz)
“Qif!” (berdiri!)
Maka introgasi
pun dimulai. Bertubi-tubi pertanyaan dilancarkan, keringat dingin pun terkadang
mulai terteteskan. Jika si Fulan beruntung maka akan mendapat nilai 5, tapi
jika lagi apes tetap dapat nilai sih, walaupun cuma nol. Tapi ketegangan tak
kan berlangsung lama, karena setelah masuk ke pembahasan, dengan gayanya yang
unik, beliau mampu mencairkan suasana.
Itulah gambaran
sedikit mengenai suasana kelasku kawan. Terus apa hubungannya coba? He2, kali
ini aku ingin sedikit berbicara mengenai apa yang aku dapatkan tadi pagi,
tentang fitroh. Sebuah pembahasan ringan yang beliau sampaikan, dan insya Allah
banyak manfaatnya.
Apa sih Fitroh itu?
Hmm, jangan salah
nih, “Fitroh” di sini bukan bermakna zakat fitroh lho... Tapi yang dimaksud
dengan fitroh adalah sebuah tabiat yang Allah itu menciptakan manusia berada
diatasnya, atau bahasa mudahnya, fitroh itu sesuatu yang sudah jadi bawaan dari
sana. Dan Islam itu, asal kawan-kawan tau ya, sangat perhatian dengan hal-hal
semacam ini, sekalipun itu mungkin terkesan remeh di mata kita. Misal paling
mudah nih, rasa tertarik antar lawan jenis, maka Islam mengikatnya dalam sebuah
bingkai indah yang bernama pernikahan, jadi jika kita dapati seseorang yang
suka terhadap sesama jenis (homo atau lesbi) maka dia telah menyalahi fitroh.
Contoh lain nih, laki-laki itu dasarnya suka ngegombal, sedangkan wanita itu
sukanya digombalin. Maka dari itu Islam membolehkan seorang suami itu berbohong
kepada istri, karena sudah jadi rahasia umum kalau yang namanya gombal itu 90
persen bo’ong, sedangkan sisanya yang 10 persen? Ngibul... he2.. Padahal hukum
asli dari bohong itu haram, bahkan termasuk sifat orang munafik, tapi khusus
dalam hal ini diperbolehkan demi menjaga keharmonisan rumah tangga dan menjaga
fitroh itu sendiri. Makanya terkhusus untuk laki-laki yang pada umumnya irit
bicara, tak ada salahnya kok sesekali ngegombalin pasangannya, jangan
pelit-pelit lah. Mumpung gombal itu masih gratis. :)
Lantas Fitroh itu apa aja?
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling perhatian terhadap
kita. Bahkan perhatiannya melebihi perhatian orang tua kita lho, karena beliau
mengajari kita bagaimana cara hidup atau life style dari segala aspek. Soalnya
hidup ini kalau sekedar hidup, babi-pun tanpa belajar juga bisa hidup, atau
kalau sekedar kerja, kera-pun paling rajin kalau disuruh kerja.
(الْفِطْرَةُ خَمْسٌ: الْخِتَانُ،
وَالاسْتِحْدَادُ، وَنَتْفُ الإبْطِ، وَقَصُّ الشَّارِبِ، وَتَقْلِيمُ الأظْفَارِ)
Balik lagi ke
materi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Fitrah itu ada
lima, al khitan, wal istihdaad, wa natful ibith, wa qoshshu syaarib, wa
taqliimul adzfaar.” Apa hayo artinya? Biar lebih jelas, kita urai satu persatu
yuk...
Al Khitaan
Khitaan itu dalam
bahasa kita biasa dikenal dengan sunat. Yaitu memotong ujung dzakar, yang jika
dibiarkan maka akan menyebabkan berkumpulnya kotoran dan najis sehingga
berpotensi membawa penyakit. Khitan ini hukumnya wajib bagi laki-laki, dan
sebuah kemuliaan bagi wanita. Asal kawan-kawan tahu, dahulu nabi Ibrahim
‘alaihis salam khitan pada usia 80 tahun lho, dan menggunakan apa coba?
Menggunakan kapak, yang sekarang biasa kita pakai di ladang! Coba bayangkan,
mengerikan bukan? Hal itu dikarenakan perintah khitan baru turun pada saat usia
beliau segitu. Nah adapun kita, gak harus menunggu hingga usia segitu kok.
Dalam hal ini terdapat beberapa anjuran. Diantaranya ketika sang anak sudah
baligh (sudah terbebani kewajiban sholat), atau ketika baru usia tujuh hari
(sekalian aqiqohan). Dan ustadz kami menyarankan yang kedua, karena ketika
masih bayi lebih mudah karena tidak banyak bergerak, dan tidak terasa sakit.
Al Istihdaad
Al istihdaad itu
berarti mencukur rambut atau bulu yang tumbuh di sekitar farji, baik itu qubul
ataupun dubur. Karena jika dibiarkan, maka najis-najis yang kita keluarkan tiap
hari bisa menempel di sana, sehingga thoharoh (wudhu atau mandi janabah) bisa
menjadi batal jika masih ada najis yang tertinggal. Jika thoharoh batal, maka
segala ibadah kitapun menjadi batal. Ngeri gak tuh?? Jadi harap diperhatikan
tuh gak hanya yang di depan, tapi juga yang di belakang. Dan hal ini berlaku
untuk laki-laki dan wanita. Makanya nabi melarang laki-laki jika bepergian atau
safar (mungkin dinas luar kota) pulang ke rumah malam-malam tanpa memberi kabar
terlebih dahulu kepada istri. Karena hal itu berarti tidak memberikan
kesempatan kepada sang istri untuk berhias termasuk di dalamnya ber-istihdaad.
Karena fitroh suami istri itu jika lama tak berjumpa, maka setelah berjumpa
langsung terjadilah hal-hal yang memang semestinya terjadi. Begitulah kata
beberapa ustadz... :)
Natful Ibith
Apa tuh? Natful
ibith itu mencabut bulu ketiak, yang jika dibiarkan begitu saja bisa menjadi
hutan, dan menyebabkan bau tak sedap. Mungkin kawan-kawan berfikir, apa gak
sakit tuh bulu ketiak dicabut? Jika terbiasa insya Allah ternyata gak sakit kok.
Tapi bagi yang gak kuat, gak usah memaksakan diri, boleh kok dicukur pake alat
cukur. Karena imam Syafi’i pun gak kuat jika dicabut, begitu juga dengan ustadz
kami. Hanya saja lebih bagus dicabut, karena selain bersih, juga tidak meninggalkan
bekas kehitam-hitaman. Akan tetapi yang terpenting jangan biarkan tumbuh lebat
lah. Mungkin sang pemilik bisa saja santai-santai, tapi kasihan orang yang
berada di samping kiri atau kanan, akan merasa sangat terganggu dengan baunya.
Dan tak baik buat kesehatan, terutama kesehatan rumah tangga. Gak kerenlah,
masa’ udah cantik-cantik atau ganteng-ganteng, eh ternyata ketiaknya lebih
lebat dari hutan amazon, bau lagi...
Qoshshusy Syaarib
Yaitu memotong
atau merapikan kumis, alasan utamanya demi menyelisihi kebiasan orang-orang
musyrik majusi (para penyembah api di persia) yang berbangga bangga dengan
panjangnya kumis mereka. Adapun alasan lain yaitu ketika kita minum satu gelas
untuk banyak orang, maka orang yang mendapat jatah setelah pemilik kumis akan
merasa jijik atau kurang nyaman.
Taqliimul Adzfaar
Yaitu memotong kuku,
karena jika dibiarkan maka akan menjadi tempat berkumpulnya kuman-kuman dan
kotoran, sehingga ketika kita makan akan bercampur dan bisa menyebabkan sakit.
Memotong kuku itu termasuk fitroh, karena itu orang yang memanjangkan kuku
dengan alasan sebagai hiasan, maka itu menyelisihi fitroh. Karena kuku-kuku
yang panjang itu akan menghambat kinerja kita. Makanya ketika nadzor (melihat
calon istri) disarankan melihat jari-jarinya, karena dari situ kita tahu,
apakah dia wanita yang rajin bekerja atau malas. Orang yang memiliki kuku
panjang pasti akan berhati-hati agar kukunya tidak rusak, sehingga ketika
bekerja fokusnya akan terbagi, bahkan terkadang lebih mementingkan kuku
daripada kerja. Apalagi jika sudah sampai tingkat manicure pedicure atau apalah
istilahnya itu, termasuk dalam perbuatan isrof dan tabdzir (berlebihan dan
mubadzir), karena biaya yang dikeluarkan amatlah mahal.
Terus kapan?
Alhamdulillah,
mudahkan ternyata fitroh itu? Sudah dilaksanain belum? Dianjurkan kegiatan
bersih-bersih itu dilakukan pada hari jum’at, dan batas waktunya pun jangan
sampai lebih dari 40 hari. Masih banyak tuntutan-tuntunan dari Rasul kita
tercinta mengenai fitroh, namun mungkin akan kita bahas di waktu yang lain.
Jadi seorang muslim itu harus rapi, bersih, dan wangi. Pernah suatu ketika
Rasulullah bersabda: “Gak akan masuk surga, orang yang di dalam hatinya ada
setitik kesombongan.” Lantas seorang sahabat bertanya, “Yaa Rasulallah,
sesungguhnnya seorang laki-laki itu suka jika memakai baju yang indah dan
sandal yang indah pula.” Maka Rasul menjawab, “Sesungguhnya Allah itu Jamiil
(indah) dan menyukai keindahan, yang dimaksud dengan sombong adalah menolak
kebenaran dan meremehkan manusia.” Jangan lupa pula bahwa kebersihan itu
sebagian dari iman (ath thohuuru syathrul iman). Dakwahkan lah bahwa Islam itu
agama yang bersih, rapi, dan sehat, karena sudah menjadi fitroh pula bahwa
manusia itu menilai sesuatu pertama kali dari covernya. Selamat bersih-bersih
kawan... :)
Batavia, 13.11.13
Abdurrahman al
Faatih – Supriyadi
Daftar Pustaka:
1.
Taisiirul
‘alaam – syarh umdatul ahkaam, Juz 1, ‘abdullah bin ‘abdurrahman bin shoolih
aali bassaam (kitab qism takmiliy awwal)
2.
Syarh
shohiih al bukhari, ibnu bathol
:)
BalasHapus