“Kalo kamu mau belajar agama, mending ke Solo ja… Di sana
banyak sekali kajian-kajian ilmiah dan pondok-pondok gratis…” ujar Lukman
merekomendasikan sebuah kota untuk aku singgahi kelak. “Hmm… Kalo bisa aku
pengen sekolah yang bisa disambi kerja akh… soalnya kl gak kerja mau makan pake
apa aku. Udah gak ada suplai dari ortu nih,” jawabku menjelaskan.
Niat yang Menggebu-gebu
Selalu terngiang dalam telingaku sebuah hadist, “tholabul
‘ilmi faridhotun ‘ala kulli muslim,” (menuntut ilmu itu wajib bagi setiap
muslim.) Aku masih termangu, di usiaku yang sudah 19 ini, aku belum tahu
apa-apa tentang agama yang sudah aku ‘klaim’ sejak kecil ini. Kenapa selama ini
aku hanya terobsesi untuk mengumpulkan perhiasan dunia yang kelak pasti akan aku
tinggalkan. Dilema masih saja menghantuiku. Antara kerja atau balik sekolah
lagi (kuliah). Setan masih saja membisik-bisiki agar aku terus melanjutkan
kehidupanku yang membosankan ini. “Coba kau pikir, apa kata keluargamu kalo
kamu keluar kerja dan justru masuk pondok?” itulah salah satu bentuk bisikannya
yang selalu membuatku ragu untuk melangkah menapaki sebuah perubahan.
من ترك شيئا لله عوّضه الله خيرا منه
"Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah,
niscaya Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang jauh lebih baik.”
"Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah,
niscaya Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang jauh lebih baik.”
Strategi harus aku susun. Sudah aku bulatkan tekadku untuk
hijrah ke negri Batik. Tapi tidak sekarang. Setengah tahun lagi, tepatnya ba’da
‘iedul fitri 2009, tepat 2 tahun setelah aku bekerja di Serpong ini. Sebelum
deadline, aku akan mengumpulkan bekal materi untuk kehidupanku di kota yang
baru nanti. Aku percaya Allah akan senantiasa memudahkan hambanya yang
bersungguh-sungguh mecari ridhonya. Semoga…
Pindah ke Kota Batik
“Kamu nanti ketemu Alfin ya, ini nomornya, biar nanti dia
yang bantu kamu di sana,” lagi-lagi Lukman merekomendasikan sebuah nama untuk
aku hubungi. “Ok, insya Allah,” jawabku singkat.
Untuk pertama kalinya aku pergi sendirian ke kota Solo.
Sebuah kota yang terkenal akan kerajinan batiknya. Dari Semarang menuju Solo
bukanlah hal yang sulit. Cukup naik bus Safari sekali saja dengan ongkos
20ribu, kita sudah diantar ke Solo dengan tanpa kepanasan karena full ac.
Ini nih bus langgananku... Semarang-Solo 20 ribu ja... :) |
“Mas, dah sampe Goro Assalam nih,” kata kondektur kepadaku.
Alhamdulillah, tiba juga aku di kota Solo. Ternyata Goro Assalam adalah sebuah
supermarket yang cukup besar dengan pelataran parker yang sangat luas,
dekorasinya pun islami. Ternyata pemiliknya adalah ibu Aminah, yang juga
pemilik Pondok Modern Assalam dan percetakan Tiga Serangkai. Sebuah bukti bahwa
seorang muslim yang taat itu bisa sukses juga dalam urusan bisnis.
Setelah menunggu agak lama (karena Alfin masih ada acara)
akhirnya aku dijemput oleh temannya Alfin dan digiring menuju ke sebuah gedung
tua yang eternitnya sudah bolong sana-sini dan catnya sudah mengelupas. Dan
terdapat pohon matoa besar yang menjadikan suasana angker lebih terasa. Islamic
Center, itulah nama yang kubaca dari papan yang tertempel di sana.
Berkumpulnya para Pelarian
Suka duka bersama rekan seperjuangan. |
Seminggu di Solo, Alhamdulillah aku sudah mendapat pekerjaan
di sebuah perusahaan swasta yang masih bergerak di bidang keahlianku,
percetakan. Kali ini aku menjadi seorang layouter LKS (buku pegangan siswa
sekolah), dan lagi-lagi tanpa aku sadari, aku mulai terperangkap dan
tersibukkan oleh dunia. Kerja dari pagi hingga maghrib, bahkan hari libur pun
sering masuk. Pernah aku ditegur oleh pengurus PESMA kala itu, tapi masih saja
aku anggap sebagai angin lalu. Aku masih belum sadar saat itu ibarat keluar dari lubang buaya, masuk ke mulut
singa.
Saat Dilema Melanda
“Kamu ke sini sebenarnya mau apa sih? Katanya menuntut ilmu?
Ko kayaknya gak ada perubahan dari kehidupan di Tangerang. Masih tersibukkan
oleh dunia…” begitu tegur salah seorang teman. Kembali aku tercenung, galau
memikirkan hal tersebut. Benar juga, katanya mau belajar agama, tapi kok malah
sibuk kerja, bahkan tiap taklim sering tertidur karena kecapekan. Baiklah aku
bertekat tahun depan masuk ma’had abu bakar. Sekarang nabung dulu buat bekal
besok.
Di sinilah aku mencari bekal untuk memahami Islam. |
“Man salaka thoriqon, yaltamisu fiihi ilman, sahhalallahu
lahu bihi thoriiqon ilal jannah, barang siapa yang menempuh sebuah jalan demi
menuntut ilmu, niscaya dengannya Allaha akan memudahkan jalannya menuju surga.
Tau gak kamu, jalan ke surga aja dimudahkan, apalagi sekedar jalan di dunia.
Yakinlah, Allah gak akan menelantarkan hambanya yang dengan ikhlas menuntut
ilmu. Sabar ja, nanti insya Allah ada jalannya. Nanti kita cari info-info kerja
sambilan. Jualan-jualan apa kek… Gak usah khawatir,” nasihat seorang kawanku,
yang dulu juga nekat pergi dari Lampung demi menuntut ilmu di Solo. “Hmm… iya
mas, insya Allah aku coba…” balasku dengan hati yang lebih tenang. Ya,
disinilah fungsi ujian, mengukur sejauh mana tingkat tawakalku kepada Allah.
Hari itu di kantor sedikit gempar. Karena aku tiba-tiba
resend atau mengundurkan diri dengan alasan ingin melanjutkan kuliah. Aku
senantiasa meyakinkan diri akan keputusanku ini dan selalu mencoba mengingat
bahwa barangsiapa yang meninggalkan sesuatu demi mencari ridho Allah maka
niscaya Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang jauh lebih baik. Pasti dan
pasti kan terjadi, karena Allah tak pernah ingkar janji. Aku yakin itu dan
memang harus wajib yakin.
Bersiasat Dihadapan Keluarga
Ayah ibuku pasti tak akan pernah setuju jika aku keluar
kerja hanya demi belajar Agama. Emang apa untungnya belajar agama? Kalo dah
lulus mau jadi apa? Kerja apa? Toh gak bikin kenyang. Bahkan belum lama aku
ditanya: “Emang bagus ya pelihara jenggot itu?” tanya Bapakku bersungut-sungut.
Asal kawan-kawan tahu aja, jenggotku waktu itu padahal cuma 3 biji, tapi aku hanya diam tersenyum, karena aku tahu, bapak bukanlah orang yang mau
menerima penjelasan dari orang kecil macam aku. Kata seorang ustadz yang masih
aku ingat, bahwa dakwah kepada ortu itu gak membutuhkan banyak kata. Tampilkan
saja akhlakmu. Tunjukkan perubahanmu setelah mengenal Islam, semoga dengan itu,
Allah melunakkan hati beliau. Yah, semoga….
Dalam meminta ijin kali ni, aku harus bersiasat, mencoba menggunakan
tauriyah atau kalimat yang ambigu (bermakna dua) karena berbohong bukanlah
kebiasaan dari keluargaku. Miskin bolehlah, tapi nilai-nilai moral tetap harus
dijunjung tinggi.
“Bu, supri pengen kuliah,” aku mencoba membuka dialog dengan
ibuku, karena memang ibukulah yang lebih memahamiku. Adapun ayahku, tak hanya
aku, kakak-kakakku pun jarang berbicara dengan beliau, kecuali memang sangat
dibutuhkan.
“Kuliah apa?” selidiknya.
“Kuliah jurusan sastra,” maksudku sastra arab, karena
jurusanku nanti memang bahasa arab dan studi Islam.
“O.. Dimana?”
“Di UMS, Universitas Muhammadiyah Solo,” jelasku. Aku gak
bohong, karena Ma’had Abu Bakar memang bekerja sama dan di bawah naungan UMS.
Ibuku hanya diam saja. Aku yakin dalam diamnya beliau
berfikir dan akan merundingkannya dengan ayah dan kakak-kakakku nanti.
“Yawda, kamu boleh kuliah, terserah kamu, tapi ingat! Jangan
sekali-kali ngrepotin kakak-kakakmu!” tegas ibuku keesokan harinya.
Alhamdulillah, sumringah seketika wajahku, karena sudah
mendapat ijin dari keluarga. Masalah dana, aku memang semenjak lulus STM selalu pantang meminta uang dari keluarga,
jadi bagiku itu bukanlah syarat yang baru. Toh rejeki yang ngatur bukan orang
tuaku, rejekiku ada di tangan Allah semata.
Pertolongan dari Allah
Setelah dua hari keluar dari kantor, aku langsung mendaftar
ke Ma’had Abu Bakar. Setelah itu aku mencoba mencari info-info sambilan.
Walaupun pada awalnya aku utamakan yang masih dalam lingkup bidang keahlianku.
Tapi jika memang tidak ada, menjadi apapun aku mau.
Di sinilah aku menghabiskan pagi hari demi sesuap nasi. |
“Ya pak,” jawabku sambil ngekor masuk ke sebuah ruangan.
“Gini nih, kita kan mau bulletin da’wah, nah kebetulan ntum
kan lagi kosong, mau gak bantu kita?” tanya beliau.
Maa syaa aLlah, betapa senangnya hatiku kala itu. Langsung
aku mengangguk senang tanda setuju.
“Tapi maaf lho, kita gak bisa ngasih seperti di kantor ntum
yang dulu,” imbuh beliau.
“O gpp pak, bagi saya bisa buat makan sehari-hari aja udah
syukur banget.”
Alhamdulillah, di tempat kerjaku kali ini aku tak sekedar bekerja demi sesuap nasi, tapi juga ada muatan dakwah islami, sebagai bekal di akhirat nanti. Memang mukafaah yang diterima tidak seberapa, tapi aku yakin balasan di sisi Allah itu jauh berlipat ganda, dibanding dengan balasan dunia yang tidak ada apa-apanya.
Seketika aku teringat sebuah ayat,
"walladziina jaahaduu fienaa, lanahdiyannahum subulanaa",
Barang siapa yang bersungguh-sungguh di jalan Allah, maka sungguh pasti akan ditunjukkan jalannya. Di situ ada dua huruf taukid yang berarti 2 penekanan pada kata lanahdiyannahum. Sungguh Allah pasti menjamin kemudahan dan membukakan jalan bagi orang yang bersungguh-sungguh dengan ikhlas merintis jalan menuju ridhoNya.
Lantas apa lagi yang perlu kita ragukan? :)
"walladziina jaahaduu fienaa, lanahdiyannahum subulanaa",
Barang siapa yang bersungguh-sungguh di jalan Allah, maka sungguh pasti akan ditunjukkan jalannya. Di situ ada dua huruf taukid yang berarti 2 penekanan pada kata lanahdiyannahum. Sungguh Allah pasti menjamin kemudahan dan membukakan jalan bagi orang yang bersungguh-sungguh dengan ikhlas merintis jalan menuju ridhoNya.
Lantas apa lagi yang perlu kita ragukan? :)
Yah begitulah perjalananku hingga sampai ke ma’had kawan…
Sebenarnya masih banyak yang ingin aku ceritakan, tapi untuk saat ini aku
cukupkan sampai sini saja. Semoga semua yang aku paparkan ini bisa diambil
hikmahnya. “Wa amma bini’mati rabbika fahaddist “ (Dan tehadap nikmat Tuhanmu,
hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur) menyampaikannya). Jangan lupa sertakan selalu aku -yang lemah ini- dalam doamu... Wassalam.. :)
Bintaro, 20.10.13
Abdurrahman al Faatih - Supriyadi
Akan sangat berarti bagi saya jika kawan2 mau memberikan masukan atau komentar... Bagi yang gak punya akun cukup pilih anonymous... :)
BalasHapus.........يَسّرَ الله أمورَك
BalasHapusAamiiin, wiyyak....
HapusCatatan yg bagus... blognya apalagi... boleh minta templatenya g akh??
BalasHapusboleh........
Hapus