“tiit,, tiiittt,,,,” hape bututku berbunyi, hmm, sms dari siapakah ini? :) ternyata dari sahabatku Sulaiman, kamipun langsung ber-sms ria.
“Sup besok naik yuk?”
“Kemana?”
“Ke Merpapi. ma Syahid…” jawab Sulaiman dengan menyertakan
nama satu sahabatku yang lain.
Hmmm… akupun berfikir sejenak, “ok, insya allah..” he2…
ternyata anak muda memang mudah terprovokasi cukup dengan waktu beberapa detik
saja.
Ust Kholiq, q, Nanda, Syahid, Sule, Khoirul |
Yah sudah ditentukan, akhir pekan ini, kita akan menghabiskan waktu di gunung yang berketinggian 2.968 m dpl ini, mentadabburi nikmat Allah yang terlupakan, karena kita tahu, gunung adalah salah satu tanda kebesaran Allah yang justru dijadikan sebagai sarang kemusyrikan. Hari yang ditentukan adalah tanggal 20-21 April 2013.
Pagi ini, sabtu tanggal 20, aku, khoirul, dan ustadz kholiq
sudah selesai packing. Akhirnya berdasarkan kesepakatan tim dibagi menjadi dua.
Yang pertama timku, 3 orang tadi, berangkat siang, dan tim kedua, terdiri dari
Sulaiman, Syahid, dan Nanda (teman baru masih SMA), berangkat tengah malam,
kita janjian ketemuan di Pasar Bubrah.
“Berapa mbak?” tanyaku kepada mbak penjaga tentang HTMnya.
“1500 aja mas.”
Wow, murah sekali, dah dapet peta lagi. Alhamdulillah….
Karena adzan ashar dah berkumandang, sedangkan aku dan Khoirul belum sholat,
maka kami ijin ma ustadz kholiq turun ke masjid dulu, sekalian packing ulang…
Pendakian pun Dimulai
Setelah berkumpul lagi di basecamp, kami memutuskan untuk
segera memulai pendakian. Namun qodarullah, maa syaa’a fa’ala (apa yang
dikehendakinya pasti terjadi), hujan turun dengan derasnya. Akhirnya neduh lagi
deh, he2… Tapi gak lama ko, rahmat Allah turun hanya sekitar sejam-am aja,,
bismillah, jam setengah lima kita naik. Tak lama kami berjalan, tulisan NEWSELO
gaya Hollywood menyambut kami. Kreative juga ni orang2 selo… Tempat tinggal
boleh di “pelosok negri”, tapi pemikiran
jauh di “luar negri”. Karena lapar kita berhenti lagi deh buat pesen mi rebus..
he3… dengan merogoh kocek 6500, kita dah bisa menikmatinya plus teh anget.
Kami melanjutkan pendakian dalam kondisi fulltank. Banyak
berpas2an dengan pendaki yang turun, karena memang lagi rame. Tadi pun sempet
dikasih tau ma seorang pendaki dari semarang kl dia bawa rombongan 2 bus,
sekitar 75 orang, belum yang dari Jogja 25 orang… cape’ dech…
di New Selo (bukan pos) |
Di satu jam pertama ini, berjalan di jalan setapak dengan
kanan kiri berupa ladang kol dan sembako, aku agak kesulitan mengejar ustadz
kholiq yang memandu di depan, sampe2 si khoirul yang jadi penyapu terlihat gak
sabar… (emang dia bukan tipe penyabar.. Ha2.. sory rul Cuma becanda, tapi bener
ko). Yah itu semua gara2 sendalku yang udah cukup berumur, udah licin banget,
padahal cuaca gerimis agak deres… (yaah, malah nyalahin sandal,,, maafin aku ya
sandal…) karena dah bener2 kepayahan ngladenin sang sandal, akhirnya aku nyerah
deh, sandal aku pecat dan tak masukin ke tas.. ha2… dan hasilnya bener2
signifikan, selalu mampu menjaga jarak dengan ustadz kholiq, bahkan memepetnya.
Kami terus berjalan dan berjalan. Melewati bebatuan dan
tanah licin, maklum karena jalur air. Memang merapi hanya berjarak 4 kilo saja,
tapi karena medan yang minim bonus (jalan datar) dan tanjakan yang lumayan,
perjalanan menjadi cukup lambat dan melelahkan. Yang jelas kami melewati dua
pos dan sebuah batu memorian. Sisanya hanya kegelapan.. karena dimakan oleh
pekatnya malam…
Tanpa terasa 4 jam perjalanan telah terlampaui… Yes… Sampai
juga di tempat camp “Pasar Bubrah” sebuah tempat yang isinya cuma bebatuan
tajam dan berserakan, yang banyak dipercayai sebagai pasar setan. Percaya atau
tidak? Yang jelas jin itu memang hidup dan saling berinteraksi sebagaimana
layaknya manusia. Hanya saja mereka mampu melihat kita, sedangkan kita tidak bisa
melihat mereka.
Ok, tenda telah dibuka, tepatnya dibalik watu Gajah, batu
yang sangat besar dan bentuknya mirip gajah. Udara memang cukup dingin dan
gerimis masih saja menemani. Karena saking lapernya, kami mencoba memasak di
dalam tenda (sangat tidak dianjurkan, don’t try this at dome!!!) Alhamdulillah
Allah sangat menyayangi kami, sehingga kompor gak nyala. Akhirnya keluar deh,
sekalipun bergerimis ria… tapi tak berapa lama jahe dan susu sudah terseduh….
Nikmatnya…. Setelah itu kami Sholat Maghrib Isya (di dalam tenda) lantas
ngobrol bentar kemudian dilanjut cari PeWe (posisi wuenak) buat tidur…:D Tenda
dengan kapasitas 3 orang ini ternyata anget juga ya. Makasih ya mas Syaiful
atas pinjemannya.
Bertemu Sobat Lama
Jam 4 kami terbangun. Setelah sholat (kali ini di luar
karena cuaca mendukung), kami mulai memasak air dan mie buat mengisi energi
untuk pendakian puncak (bahasa desanya “summit attack”). Waktu lagi asyik masak
sambil nganget, sayup2 terdengar suara orang teriak2.
“Suuuuuupppppppp…. Suuuuuuuuuppppp….”
Camp di Pasar Bubrah |
Ternyata Sulaiman dan Syahid plus Nanda sudah menyusul kami…
Akhirnya rame deh ditemani sunrise di
pasar bubrah. Kami pun mulai bongkar tenda, dan bersih2, coz kita kan ngakunya
Pecinta ALam, malu dong ninggalin sampah. Tapi si Sule malah sibuk sendiri
mainan batu,. Selidik punya selidik, ternyata di nyusun batu membentuk namanya
“SULE”.. Emang le, gak ada lo gak rame… giliran di foto, ternyata gak kelihatan
tuh tulisan… Ajiib… Pingin ketawa sambil guling guling rasanya…
Jam 6 kita mulai mendaki puncak. Medan yang 60% pasir,
dengan kemiringan yang cukup tajam, membuat para pendaki harus ekstra hati2. Reruntuhan
batu dan pasir dapat membahayakan pendaki yang ada di bawah. Saya hanya
terbengong-bengong ketika melihat ada beberapa mas2 yang turun sambil lari. “Gila,
kita naik merangkak2, mreka dengan santainya lari…” Setelah kepayahan, akhirnya kita sampai di sebuah batu besar yang harus melipir ketika
melewatinya. Dari sini medan sudah menjadi batu karang yang enak untuk dipijak
maupun dipegang. Alhamdulillah…. TInggal sedikit kita sudah sampai puncak
merapi…
Akhiirnya Kemenangan itu Datang Juga
“Takbiiir!!!!!!” pekik ustadz kholiq.
“Allahu Akbar!!!!!!!” kami serempak mengucapkan dengan
senyum mengembang. Akhirnya… sampai juga kami di puncakMerapi yang legendaris ini.
Walaupun puncak garuda sudah hilang entah kemana akibat amukan Merapi 3 tahun
lalu.
Disini, ditempat kami berpijak kali ini, tehampar lautan
awan yang begitu indah, pemandangan sungguh tidak akan pernah membosankan untuk
dijadikan background buat berfoto ria. He2, maklum kumpulan anak narsis. Tampak juga beberapa puncak gunung sekitar,
diantaranya, Merbabu yang berdiri sangat kokoh, Sindoro dan Sumbing yang juga
masih berdampingan, serta nan jauh disana, ada setitik puncak Lawu yang
menjulang tinggi menembus awan.
Tau gak sobat kenapa aku sangat suka berada di puncak? Ini nih
diantara alasan utamanya. Catet ni baik2 wahai orang2 yang mencaci para pendaki
gunung!
Ketika kamu berada di puncak maka akan tersadar betapa KECILnya dirimu
dengan segala keangkuhanmu di hadapan BESARnya kekuasaan Allah sang Pencipta
Semesta Alam. Gak ada lagi deh yang namanya sombong2an atau belagu2an. Karena
menggapai puncak itu hanya bisa diraih oleh orang2 yang memang diberi pertolongan
oleh Allah, gak semata2 mengandalkan kekuatan fisiknya. Betapa banyak orang
yang ototnya gede2, tapi ternyata keok di tengah jalan, begitu juga sebaliknya,
tak sedikit diantara para wanita yang dengan tubuh mungilnya justru mampu menginjakkan kakinya di puncak.
Megahnya Merbabu |
beginilah Puncak Merapi saat ini |
Puncak Merapi tak Seperti dulu
Yups, sekarang tinggal hanya perengan panjang saja, yang alih2
bisa buka tenda, lewatpun harus saling mengalah. Karena itu juga kita harus tau
dirilah, gantian sama pendaki lain yang juga ingin menikmati indahnya puncak. Kamipun
turun menyusuri batuan2 karang. Dan tiba di bagian pasir. Ternyata sekalipun
tinggi, paling enak memang berlari. Terjawab sudah ke-bengong-anku di awal tadi.
Berlari dan terus berlari, hingga tanpa sadar,
“Awaaaassssssss…… Braaaakkkkk…” aku terjatuh, tersungkur,
dan terguling-guling hingga sang sandal terlempar entah kemana, akibat ditabrak
oleh sang Superman yang gak tau cara ngerem, Sule…….
Aduduh, kaki serasa patah, tapi kami tetap tertawa. Karena justru hal2 seperti inilah yang kelak akan menjadi sebuah kenangan manis, semanis gula jawa..
Yah, sekalipun letih, perjalanan turun menyajikan panorama
indah yang terlewatkan karena pendakian malam. Subhanallah… Alhamdulillah misi
terselesaikan dengan lancar setelah 2 jam perjalanan sampai di basecamp…. Selamat
bertualang sobat muda… :)
Estimasi Biaya:
Bensin Solo – basecamp: @Rp 10.000-
HTM: @Rp 1.500,-
Makan Mie di New Selo: Rp 6.500,-
Estimasi Waktu:
Solo-Basecamp: 1-1,5 jam
Basecamp-Pasar Bubrah: 4 jam (santai)
Pasar Bubrah-Puncak: 1jam
Turun: 2jam
ustadz petualanggg . . . mantapp
BalasHapusmasih tholib mas...
Hapusbiasa aja.....
BalasHapusLanjut bang!!!!
BalasHapuspengen jane "kong" tp kapan ya bisa ngikutt. hehehe
BalasHapuslha kapan kamu libure? kerja terus og... tubuh itu kan juga butuh penyegaran, ibarat komputer butuh refresh.. he2...
HapusSubhaanallaah...
BalasHapusWah, seneng ya .. masih punya waktu buat ndaki..
Ana sekarang susah banget cari waktu buat itu...
Tpi Insya Allah selalu diusahakan..
Lanjutkan....!!!!!!!!!
Alhamdulillah mas abdul aziz... memang harus diangendakan dan butuh sedikit pengorbanan... he2...
Hapusmandhor.nya kalah sama lawu... klo dimerapi mantap nya pas malem... liat kota.nya keren... gemerlap
BalasHapussekarang muncak malem gak ada tempat camp mas... mentok di pasar bubrah... Lawu bagus sih, tapi saya masih lebih suka Merbabu... :)
HapusSubhanalloh....mengesan-kan dari cerita perjalanan yang terbaca--
BalasHapusSubhanallah. Mantabh Akhi. Allahuakbar. =) (Y)
BalasHapussemangggggaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaattttttttttttttttt
BalasHapusby: Andik Doank